Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi Islam yang rasional, gerakannya terukur. Agama dipandang dengan menggunakan rasionalitas dan juga keimanan yang kuat.
Fakta itu menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto menjadi pembeda antara Muhammadiyah dengan aliran tasawuf maupun tarekat Islam yang lebih mengedepankan irfani.
Sebagai ahli hadis, Agung menjelaskan bahwa, di aliran tasawuf mimpi bertemu nabi dan mendapat pesan nabi di dalam mimpi itu bisa dikatakan sebagai hadis. Dari hal ini, sudah terlihat sekali perbedaan antara Muhammadiyah dengan tasawuf.
“Hadis menurut ulama syariat atau ulama hadis itu pesan, perkataan, atau perbuatan nabi yang dapat diverifikasi melalui jalur sanad,” kata Agung Danarto, Senin (29/1) dalam khutbah salat duhur di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta.
Jalur periwayatan hadis yang dipahami oleh Muhammadiyah berbeda dengan aliran tasawuf. Sebab, di Muhammadiyah hadis disebut sahih harus melalui verifikasi secara rigid sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam Ilmu Hadis.
Namun demikian, Muhammadiyah tidak kemudian secara merta menolak ajaran aliran tasawuf. Sebab di Muhammadiyah juga menggunakan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan irfani yang digabungkan dengan bayani dan burhani.
Agung menjelaskan bahwa tasawuf merupakan ajaran keagamaan dalam Islam yang dilakukan secara individual. Berbeda dengan tarekat yang dilakukan secara berkelompok atau berjamaah.
Metode belajar atau cara mendapat ilmu yang dilakukan oleh aliran tarekat Islam, kata Agung, tidak diterima di Muhammadiyah. Sebab terlalu eksklusif, seorang murid di aliran tarekat tidak boleh menerima kebenaran yang datang selain dari mursidnya.
“Di Muhammadiyah ilmu bisa didapatkan dari banyak tempat. Selain itu, di Muhammadiyah juga sangat egaliter,” kata Agung.
“Mungkin kalo di tarekat beda dalam cara memperoleh pengetahuan, di Muhammadiyah semua harus diverifikasi, di tarekat yang benar hanya dari gurunya saja,” sambung Agung.
Sikap egaliter ini, menurutnya tidak ditemukan dalam aliran tarekat Islam. Sebab ilmu datang dari satu arah, murid tidak boleh membantah atau menganulir informasi yang datang dari mursidnya. Jika itu terjadi, maka dianggap membangkang. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News