Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Irwan Akib, menjadi pembicara utama dalam acara International Seminar: Development Educational Innovation in Muhammadiyah in Cultivating the Character of Generation Z in the Era of Society 5.0 di Universitas Muhammadiyah Bandung pada Kamis (7/3/2024). Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian acara Olympicad VII 2024.
Dalam kesempatan tersebut, Irwan menekankan pentingnya keseriusan dalam membentuk generasi unggul di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Menurutnya, generasi unggul memiliki empat ciri khas, yakni kebaikan budi dan akhlak, kealiman dalam ilmu agama, pandangan yang luas, dan semangat berjuang untuk kemajuan. Strategi ini sejalan dengan pemikiran KH. Ahmad Dahlan dalam memajukan pendidikan.
Irwan Akib menjelaskan, generasi unggul yang diinginkan harus memiliki karakteristik tertentu. Pertama, mereka harus memiliki kekuatan iman dan akidah yang kuat, menghindari ekstremisme baik dari kanan maupun kiri. Kedua, aspek akademis juga harus unggul.
Ketiga, memiliki akhlak yang mulia agar dapat berkomunikasi dengan siapa pun. Keempat, kesiapan untuk berkarya di tengah-tengah masyarakat.
“Empat hal ini menjadi perhatian kita bagaimana melahirkan generasi unggul di sekolah-sekolah Muhammadiyah agar mampu betul-betul membawa Persyarikatan Muhammadiyah menjadi bagian penting dari perjalanan bangsa ini,” ujar Irwan.
Irwan juga mengulas inovasi pendidikan yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Ada empat aspek inovasi yang dijelaskan oleh Irwan. Pertama, dalam hal kurikulum dan pembelajaran, KH. Ahmad Dahlan berhasil mengintegrasikan pengetahuan agama dan umum. Kedua, metode mengajar yang dialogis dan dua arah antara siswa dan guru.
Ketiga, institusionalisasi pendidikan, di mana pendidikan agama yang awalnya non-formal menjadi formal. Keempat, pendidikan menjadi tanggungjawab bersama masyarakat.
“Ini inovasi yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan. Apakah inovasi yang dilakukan beliau masih relevan untuk kita? Ini yang perlu kita pikirkan,” tambah Irwan. Inovasi tersebut menjadi pertanyaan penting dalam konteks pendidikan saat ini.
Irwan juga menyoroti aspek penting dari Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan bahasa Arab yang lazim disebut sebagai Ismuba. Menurutnya, Ismuba tidak boleh hanya menekankan aspek kognitif semata, melainkan juga aspek afektif. Sementara aspek kognitif cenderung mengandalkan hafalan, aspek afektif melibatkan implementasi praktis dari pengetahuan.
Sebagai pelengkap inovasi yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan dalam mengintegrasikan ilmu agama dan umum, Irwan menyampaikan bahwa inovasi saat ini harus memadukan kognisi dan afeksi. Hal ini menekankan pentingnya tidak hanya memahami konsep, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Irwan juga menyuarakan ide integratif terkait kurikulum di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Ia berpendapat bahwa kurikulum tersebut sebaiknya bersifat integratif, menyatukan berbagai aspek pengetahuan dan nilai agar dapat menciptakan generasi unggul yang memiliki pemahaman holistik terhadap kehidupan dan keislaman.
Irwan menambahkan suatu contoh konkret untuk mendukung gagasannya tentang pendekatan integratif dalam kurikulum Muhammadiyah. Ia menyebutkan bahwa dalam pembelajaran biologi, misalnya, ketika siswa mempelajari tentang buah mangga, pendekatan tersebut seharusnya tidak hanya mencakup aspek biologi semata. Irwan menyarankan agar topik ini juga diintegrasikan dengan ekonomi.
“Ketika buah itu tiba di pasar, itu bukan lagi domain biologi melainkan ekonomi,” ujarnya.
Dengan pendekatan ini, Irwan berpendapat bahwa siswa tidak hanya akan memahami aspek biologis dari buah mangga, tetapi juga bagaimana buah tersebut berinteraksi dengan konteks ekonomi seiring perjalanan dari produksi hingga konsumsi. Hal ini dianggapnya sebagai langkah nyata untuk menciptakan pendidikan yang bersifat integratif di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Semua pemikiran dan gagasan tersebut menjadi titik fokus Irwan Akib dalam upayanya memajukan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah dan mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga memiliki kearifan praktis dalam menjalani kehidupan sehari-hari. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News