Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Syafiq A. Mughni menegaskan pentingnya kunjungan Paus Fransiskus sebagai momentum membangun rasa saling percaya antarumat beragama demi menciptakan perdamaian dunia.
Dalam sebuah seminar yang diikuti secara daring pada Selasa (23/7/2024), Syafiq mengungkapkan harapannya agar semua pihak memiliki persepsi yang sama terkait pentingnya mutual trust di antara berbagai kelompok agama. Dengan adanya mutual trust, rasa saling percaya antar umat beragama akan terbangun.
“Kita tidak bisa mengingkari kerap terjadi di berbagai kawasan dunia dan barangkali di negara kita muncul distrust atau saling curiga antara satu kelompok dengan yang lain,” ujar dia.
Syafiq menilai, persepsi yang sama perlu diterapkan oleh semua agama dalam menanggapi berbagai kejadian di dunia, tidak hanya yang berkenaan dengan agama, tetapi juga dalam isu-isu politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya.
“Ini yang saya kira perlu diletakkan dalam rangka luas kehidupan beragama. Akan jadi sangat efektif kalau kita berbicara sesuatu yang positif tentang umat Katolik, demikian pula umat Katolik menyampaikan hal positif tentang umat Islam. Itu bisa menjadi kekuatan ampuh dalam membangun kehidupan bersama,” jabar dia
Menurut mantan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu, umat beragama harus memberikan definisi yang sama terhadap situasi dunia saat ini, baik dalam lingkup nasional maupun internasional.
Hal ini penting untuk menghindari perbedaan pandangan yang dapat memicu konflik antar-umat beragama.
“Jadi bagaimana definisi jurang perbedaan antara negara kaya dan miskin, juga ketidakadilan yang terjadi di mana-mana. Saya kira kedatangan Paus harus kita artikan sebagai momentum menciptakan pemahaman yang sama, bagaimana kita melihat situasi itu sebagai tantangan yang harus kita selesaikan bersama,” jelasnya.
Syafiq menambahkan, konsep ini dapat diperluas ke dunia internasional, sebagaimana diterapkan pada Dokumen Persaudaraan Dunia dan Hidup Bersama di Abu Dhabi, yang dianggap berhasil meredakan konflik internasional.
Ia juga menyatakan bahwa kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia disambut baik oleh Muhammadiyah karena relevan dengan upaya persyarikatan tersebut dalam membangun hubungan antar-agama.
“Beberapa Universitas Muhammadiyah di wilayah timur memiliki 75 persen mahasiswa non-Muslim. Ini bisa jadi contoh bagaimana kita membangun hubungan antar-agama yang tidak sebatas retorika, tapi juga implementasi kehidupan yang lebih riil,” tutup Syafiq. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News