Menavigasi Tantangan Muhammadiyah di Era Modern
foto: istock
UM Surabaya

*) Oleh: As’ad Bukhari, S.Sos, MA,
Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemajuan

Di tengah kemajuan zaman yang semakin canggih dan modern, manusia sering kali terjebak dalam nilai-nilai materialistik yang mengedepankan gengsi, status sosial, jabatan, dan kekayaan sebagai ukuran kehormatan.

Ketika semakin berharta dan berada, seseorang sering kali mendapatkan posisi lebih tinggi dan istimewa sebagai bentuk penghambaan terhadap kepentingan.

Kualitas iman dan takwa pun sering kali hanya sekadar pencitraan, tampilan luar untuk menutupi kekurangan diri.

Siapa yang mampu memberikan banyak hal sering kali mendapatkan tempat yang lebih utama dibanding mereka yang telah lama mengabdi atau menunjukkan loyalitas.

Orientasi hidup yang glamor, materialistis, konsumtif, dan amoral menciptakan model kehidupan yang buruk bagi generasi penerus.

Muhammadiyah masih memiliki banyak pekerjaan rumah dalam urusan keummatan, baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, maupun kemanusiaan.

Islam bukan hanya agama teori dan retorika semata; ia adalah agama yang beramal nyata, memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat.

Dengan cara yang konkret, Muhammadiyah berupaya memberikan solusi alternatif dalam membantu umat dari kemiskinan, kebodohan, dan kezaliman.

Dari pusat hingga ranting, Muhammadiyah akan terus bekerja dan melahirkan amal usaha sebagai penopang dakwah Islam berkemajuan di Tanah Air.

Kontribusi, partisipasi, dan kolaborasi yang baik akan terus diwujudkan sebagai bentuk pengamalan dakwah Muhammadiyah. Tentu saja, tidak semuanya sempurna, tetapi ikhtiar menuju kesempurnaan dalam membangun umat selalu menjadi hal utama.

Melihat tantangan Muhammadiyah saat ini dan di masa depan, kita menyadari bahwa tantangan tersebut semakin berat dalam menghadapi era digital yang tidak jelas arahnya.

Ada tiga faktor utama yang menjadi tantangan bagi Muhammadiyah, yaitu kader, amal usaha, dan ideologi.

Pertama, krisis kader di usia dini menjadi perhatian serius. Kedua, meskipun amal usaha Muhammadiyah ada, sering kali terdapat keengganan untuk membantu persyarikatan secara ikhlas.

Ketiga, tantangan dalam pemahaman ideologi yang berkembang di masyarakat juga semakin kompleks. Dalam era disrupsi dan post-truth, pola pikir masyarakat cenderung beralih ke arah materialisme.

Muhammadiyah harus mampu merumuskan formulasi pembaharuan dalam konteks dakwah dan kemanusiaan dengan bingkai profetik-etis.

Sebesar apapun tantangan yang dihadapi, Muhammadiyah harus menghadapinya secara kolektif dan kolegial untuk menemukan solusi konkret yang berkemajuan.

Dengan melihat tantangan Muhammadiyah dari kacamata objektif, kita dapat merasakan gerak maju yang lebih besar di masa depan.

Tentunya, untuk menghadapi tantangan zaman, diperlukan kekuatan sebagai modal utama: kekuatan kader, kekuatan finansial, kekuatan aset, kekuatan organisasi, dan daya tawar yang tinggi.

Terkadang, setiap tantangan muncul akibat kebijakan politik pemerintah nasional maupun kebijakan geopolitik internasional yang mempengaruhi negara, termasuk ormas di dalamnya.

Meskipun teknologi membuat dunia terasa kecil dan serba mudah, sering kali sulit untuk mencari esensi perubahan dan substansi nilai dalam solusi kehidupan berorganisasi.

Muhammadiyah mengalami pasang surut dalam menghadapi tantangan tersebut, dari yang terkecil hingga yang terbesar. Tantangan global dalam kemanusiaan dan keadilan juga menjadi tema utama sebagai prioritas dalam menjaga manusia serta bumi semesta.

Setiap tantangan yang datang menghampiri, Muhammadiyah terus mencari jalan tengah sebagai langkah solutif.

Melihat tantangan Muhammadiyah dari masa ke masa, kita dapat memahami bahwa Muhammadiyah selalu berhasil melewati berbagai rintangan tanpa harus resort pada cara-cara anarki, intimidasi, atau destruksi.

Dengan iman dan ilmu, serta pendekatan naqli dan aqli, Muhammadiyah tetap berkomitmen untuk beramal nyata di tengah tantangan besar. Semua hal ditangani dengan profesional, keahlian, tata kelola administratif, dan manajemen organisasi yang baik.

Melihat tantangan Muhammadiyah, kita harus tetap optimistis dan visioner. Dengan rencana yang terukur, Muhammadiyah dapat merumuskan langkah-langkah yang lebih efektif dan efisien untuk persyarikatan.

Semoga seluruh warga Muhammadiyah dapat menghadapi tantangan bermuhammadiyah di daerah masing-masing dengan kacamata iman, Islam, ihsan, ilmu, dan ikhlas sebagai rumus amaliyah dalam melihat tantangan Muhammadiyah ke depannya. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini