Memuliakan Tetangga, Membangun Keharmonisan
foto: gracebc
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“The one who feels the pain of the neighbor shall be closer to God.”
(Orang yang merasakan rasa sakit tetangganya akan lebih dekat dengan Tuhan)

Memuliakan tetangga adalah kewajiban yang harus diemban oleh setiap Muslim. Dengan memuliakan tetangga, kita tidak hanya mendapatkan kedekatan kepada Allah, tetapi juga menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh kedamaian.

Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:

وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa: 36)

Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam At-Tafsir Al-Munir menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tetangga dekat adalah mereka yang memiliki kedekatan secara tempat, nasab, atau agama.

Sedangkan tetangga jauh mencakup mereka yang tidak memiliki hubungan kekerabatan atau tinggal lebih jauh.

Ajaran Islam sangat menekankan pentingnya hak-hak tetangga, baik kepada yang Muslim maupun non-Muslim.

Bentuk perhatian kepada tetangga bisa dimulai dari hal sederhana, seperti membagi makanan. Dalam sabdanya, Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً, فَأَكْثِرْ مَاءَهَا, وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ

“Apabila engkau memasak kuah, perbanyaklah airnya dan berilah kepada tetanggamu.” (HR. Muslim No. 2625)

Hadis ini mengajarkan kita untuk selalu berbagi dengan tetangga. Memperbanyak kuah saat memasak daging adalah bentuk kemurahan hati, yang mana lebih mudah dilakukan daripada memperbanyak daging itu sendiri. Hal ini juga menunjukkan pentingnya bersikap dermawan dan tidak pelit.

Namun, di era modern ini, masih banyak orang yang hidup dalam kesendirian di tengah masyarakat.

Sikap individualis dan acuh sering kali menjadi kebiasaan yang lahir dari gaya hidup hedonis. Sikap ini lama-kelamaan mengikis kepedulian terhadap sesama dan membuat hubungan sosial menjadi renggang.

Sebagai seorang Muslim, kita harus menyadari bahwa mengabaikan tetangga adalah sikap yang tidak terpuji.

Rasulullah saw bahkan mempertanyakan keimanan seorang Muslim yang kenyang sementara tetangganya kelaparan:

لَيْسَ اْلمـُؤْمِنُ الَّذِى يَشْبَعُ وَ جَارُهُ جَائِعٌ

“Bukanlah orang yang beriman jika ia kenyang sedangkan tetangganya kelaparan.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad No. 112)

Tidak hanya peduli terhadap kebutuhan tetangga, menjaga ucapan, perilaku, serta menjalin komunikasi yang baik melalui kunjungan atau silaturahmi juga merupakan bagian dari kebaikan yang dapat dilakukan.

Islam mengajarkan bahwa setiap kebaikan, sekecil apapun, adalah sedekah. Oleh karena itu, menjalin hubungan yang baik dengan tetangga juga termasuk amal yang berpahala.

Mudah-mudahan dengan menebarkan kebaikan dan memuliakan tetangga, Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dan keberkahan dalam hidup kita.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini