*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sekaligus memperkuat rasa syukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita.
Allah telah memberikan nikmat yang tak terhingga jumlahnya, namun seringkali kita lupa untuk merawat dan mensyukurinya.
Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan adalah nikmat kesehatan, kesempatan, dan yang paling utama, nikmat iman dan Islam.
Semua nikmat ini begitu besar hingga tidak mungkin kita menghitungnya satu per satu. Sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 18:
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Musibah yang kita alami, seberat apa pun, tidak sebanding dengan besarnya nikmat Allah. Bahkan di balik musibah, sering terselip karunia lain yang kerap tidak kita sadari.
Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk bersabar, bersyukur, dan tetap optimis menghadapi segala ujian kehidupan.
Pentingnya Syukur dan Sabar
Rasa syukur dapat diwujudkan dengan selalu mengucapkan “Alhamdulillah” dalam setiap kondisi, baik saat mendapat nikmat maupun ketika menghadapi musibah.
Kesadaran ini membantu kita memahami bahwa nikmat yang Allah berikan jauh lebih banyak daripada musibah yang kita alami.
Allah pun telah menjanjikan dalam Surat Ibrahim ayat 7:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Selain syukur, sabar juga menjadi perisai utama dalam menghadapi musibah. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 155:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Orang-orang yang sabar adalah mereka yang, ketika ditimpa musibah, mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun – Sesungguhnya semua ini milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.” (QS. Al-Baqarah: 156).
Ujian Adalah Wujud Cinta Allah
Musibah adalah ujian dari Allah sekaligus wujud kasih sayang-Nya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka.” (HR. Ibnu Majah).
Mereka yang ridha menerima ujian akan mendapatkan keridhaan Allah, sedangkan mereka yang murka akan menerima kemurkaan-Nya.
Sikap sabar bukan berarti menyerah pada keadaan, melainkan harus diiringi dengan ikhtiar untuk mengatasi ujian yang ada. Lari dari masalah hanya akan menambah beban di masa depan.
Keseimbangan Antara Syukur dan Sabar
Dalam kehidupan, kita tidak pernah lepas dari nikmat maupun ujian. Islam mengajarkan dua prinsip utama:
Asy-syukru ‘indan ni’am – Bersyukur atas nikmat.
Ash-shabru ‘indal musibah – Bersabar saat menghadapi musibah.
Kedua prinsip ini menjadi tolok ukur keimanan seseorang dan membantu menjaga kejernihan batin.
Dengan batin yang jernih, kita mampu menghadapi segala persoalan hidup dengan kekuatan dan ketenangan.
Optimistis di Tengah Ujian
Sikap sabar dan syukur harus selalu dipupuk. Allah telah berjanji dalam Surat Al-Baqarah ayat 286:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya.”
Mari kita hadapi setiap nikmat dengan syukur dan setiap ujian dengan sabar. Insya Allah, dengan kedua sikap ini, kita akan menjadi hamba yang dicintai Allah, selamat di dunia, dan bahagia di akhirat. Aamiin. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News