Jadilah Pemberi, Bukan Peminta

Jadilah Pemberi, Bukan Peminta

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan,S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“No matter what your life is like, you always have the choice to see the good side or the bad side”.

(Tak peduli seperti apapun kehidupanmu,kamu selalu punya pilihan untuk melihat dari sisi baiknya atau sisi buruknya)

Mengemis adalah fenomena masalah sosial dalam masyarakat Indonesia yang hingga kini sulit terselesaikan sebagai akibat daripada kemiskinan.

Pada satu sisi memberi sedekah dan membantu fakir miskin yang barangkali nasibnya kurang beruntung.

Namun di sisi lain, kita sering kali dihadapkan pada kenyataan bahwa banyak dari para pengemis itu yang sebenarnya merupakan sindikat yang teroganisasi. Pendeknya, mereka sebenarnya bukan orang yang tepat untuk diberi bantuan.

Namun ada juga yang mengkritik bahwa biar bagaimana pun kita tidak boleh menolak orang yang meminta-minta.

Apalagi mengingat kita juga belum tahu persis, apakah si peminta-minta itu memang orang yang berhak ataukah semata-mata penipu. Allâh SWT berfirman:

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. “(QS. Al-Baqarah: 261)

Makna Ayat di atas kita sebagai orang muslim dianjurkan untuk selalu bersedekah, bahkan Allâh Swt telah menggambarkan betapa besarnya pahala bagi orang yang suka bersedekah.

Dalam Ajaran islam Allâh SWT melarang seseorang yang suka meminta-minta atau berprofesi sebagai pengemis dan menjadi sumber mata pencarian hidup.

Kita sering melihat antrian meminta-minta baik yang datang ke rumah-rumah, di tengah jalan ataupun yang sudah punya jadwal mingguan tersendiri, yaitu pada hari Jumat.

Tatkala para jamaah bubar dan selesai melaksanakan salat Jumat, mereka berbondong- bondong mencegat setiap orang untuk dimintai sedekah. Anehnya, hal ini bukan suatu yang tabu lagi bagi kalangan umat Islam.

Mungkin karena selalu mendapat santunan yang sudah dapat menutupi sebagian kebutuhan hidup mereka, ditambah mudahnya pekerjaan ini didapatkan sehingga profesi mengemis ini pun menjamur dimana-mana. Bahkan menjadi sumber mata pencaharian hidup.

Islam adalah agama yang bersifat universal tidak saja berbicara masalah ritual dan spiritual tapi juga menyoroti segala permasalahan sosial yang selalu dihadapi umat Islam.

Salah satunya adalah masalah pengangguran dan meminta-minta yang sangat dicela oleh Islam. Sebab hal ini merugikan masyarakat, karena menyebabkan tenaga manusia bersifat konsumtif, tidak produktif akibatnya mereka menjadi beban masyarakat.

Pengangguran dan meminta-minta adalah sumber kemiskinan, sedangkan kemiskinan merupakan benih tumbuh suburnya berjangkitnya berbagai macam kejahatan.

Oleh karena itu, Islam sangat menentang pengangguran dan mencela orang-orang yang tidak mau bekerja padahal sebenarnya mereka mampu bekerja.

Kesimpulannya, Islam sangat mencela orang yang tidak mau berusaha dan hanya bisa meminta-minta.

Kemudian bagi orang-orang kaya jangan hanya bisa menumpuk harta dan berfoya-foya tanpa peduli bahwa di dalam harta mereka terdapat hak peminta-minta dan orang yang hidup dalam kekurangan.

Allâh SWTberfirman:

وَفِىٓ أَمْوَٰلِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَٱلْمَحْرُومِ

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. “(QS. Adz-Dzariyat: 19)

Jadi Islam mengajarkan kepada setiap pemeluknya untuk saling berbagi dan tolong menolong, berbagi tidak akan membuat seseorang menjadi miskin.

Untuk itu, kita sangat dianjurkan membaca doa ini, terutama usai salat agar kita dihindarkan dari sifat pelit.

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَال: إنَّ رسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ بِهِنَّ دُبُرَ الصَّلاَةِ .اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إلَى أَرْذَل الْعُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

“Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir, aku berlindung kepada-Mu dari ketakutan, aku berlindung kepada-Mu dari kepikunan, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur).” (HR. Bukhari No. 2822)

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *