Dari Kehilangan Menuju Kebahagiaan Hakiki

Dari Kehilangan Menuju Kebahagiaan Hakiki

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Hidup ini bukan tentang bagaimana memiliki apa yang kita cintai, tetapi bagaimana mencintai apa yang kita miliki. Waktu terus berlalu tanpa henti, dan hidup ini sangatlah singkat.

Maka, lakukanlah yang benar, pikirkanlah yang benar, dan cintailah yang benar. Sesungguhnya semua yang ada di dunia ini hanyalah titipan dari Allah Azza wa Jalla.

Dia yang menciptakan segala sesuatu, Dia pula yang menjadi tujuan akhir dari seluruh perjalanan kita.

Allah SWT berfirman:

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ

“Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan kepada Allah-lah kembali semua makhluk.” (QS. An-Nuur: 42)

Hikmah Kepemilikan dan Kehilangan

Dalam tafsirnya, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan bahwa kepemilikan Allah atas langit dan bumi mencakup penciptaan, pengaturan, serta pemeliharaan.

Allah memberikan rezeki, mengatur kehidupan, dan menentukan segalanya sesuai dengan kehendak-Nya.

Maka, sadarilah bahwa segala sesuatu yang kita miliki hanyalah titipan. Kita hanyalah pengelola sementara yang suatu saat nanti akan mempertanggungjawabkan segala yang telah dipercayakan kepada kita.

Di dunia ini, kita sering dihadapkan pada rasa kehilangan—entah itu berupa materi, kesempatan, cinta, atau bahkan orang-orang yang kita sayangi.

Kehilangan memang menyakitkan. Namun, rasa sakit itu muncul karena adanya rasa memiliki yang berlebihan. Padahal, hakikatnya, tidak ada satu pun yang benar-benar milik kita.

Allah Azza wa Jalla mengingatkan kita untuk mengucapkan istirja’ ketika musibah menimpa, sebagai bentuk pengakuan atas kepemilikan-Nya:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

“Sesungguhnya kita milik Allah, dan kepada-Nya kita kembali.”

Allah SWT juga berfirman:

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155–157)

Mengikhlaskan yang Fana

Segala sesuatu di dunia ini fana. Harta, jabatan, kebahagiaan, dan bahkan cinta, semuanya akan sirna. Seiring waktu, kita akan menyadari bahwa perpisahan adalah bagian tak terhindarkan dari hidup.

Tetapi, justru di sinilah letak seni kehidupan. Tanpa kehilangan, kita mungkin tak akan pernah benar-benar belajar menghargai apa yang kita miliki saat ini.

Hidup bukanlah tentang menghindari kehilangan, melainkan belajar menghadapinya dengan kesabaran dan keikhlasan.

Ketika kita menyadari bahwa segalanya adalah titipan, rasa memiliki yang berlebihan akan memudar, digantikan oleh rasa syukur atas apa yang ada.

Belajar dari Kehilangan

Kehilangan seringkali menjadi momen pembelajaran yang paling berharga. Kita diajarkan untuk tidak menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal duniawi, tetapi pada hubungan kita dengan Sang Pencipta. Saat segala sesuatu terasa hilang, hanya Allah yang tetap ada.

Allah menciptakan kehidupan ini dalam keseimbangan. Ada bahagia, ada sedih. Ada pertemuan, ada perpisahan. Tanpa salah satu di antaranya, hidup ini akan kehilangan makna.

Oleh karena itu, setiap kesedihan yang kita alami, setiap kehilangan yang kita rasakan, adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna.

Menemukan Bahagia yang Hakiki

Kebahagiaan sejati tidak terletak pada apa yang kita miliki, tetapi pada bagaimana kita mensyukuri apa yang Allah berikan. Hidup ini tidak akan pernah lepas dari ujian, tetapi ujian itulah yang mendekatkan kita kepada Allah.

Yakinkan diri bahwa setiap kehilangan memiliki hikmah. Jangan biarkan rasa kecewa menghentikan langkah kita. Harapan itu selalu ada selama kita percaya bahwa Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia.

Sebagaimana firman-Nya:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5–6)

Akhirnya, marilah kita belajar menerima kehidupan dengan segala warna-warni yang ada. Tabah, sabar, dan ikhlas adalah kunci untuk menghadapi setiap ujian.

Yakinlah bahwa kebahagiaan yang hakiki tidak ditemukan di dunia, tetapi dalam penghambaan kita kepada Allah Azza wa Jalla. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *