Khotbah Jumat: Perjalanan Jiwa Menuju Ketakwaan

Khotbah Jumat: Perjalanan Jiwa Menuju Ketakwaan

*) Oleh: Fimas Maulana Al-Jufri, S.Psi., M.Pd,
Anggota Majelis Tabligh PWM Jatm

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
وَقَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

Marilah kita tingkatkan Iman dan Takwa kepada Allah SWT. Kita tambah rasa syukur kita kepada Allah SWT.

Selawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya dan sahabat-sahabatnya.

Dan semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafaat kelak di Yaumul Qiyamah.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, manusia diciptakan Allah SWT dengan dibekali dua unsur jiwa, yaitu jiwa yang selalu mengajak kepada keburukan dan jiwa yang mengajak kepada kebaikan.

Dalam kosmologi Islam, istilah jiwa populer disandingkan dengan konsep al-nafs sebagaimana jamak digunakan dalam Al-Qur’an, hadis, maupun literatur ulama klasik.

Menurut Buya Hamka, inti jiwa adalah kalbu. Kondisi kalbu sangat ditentukan oleh pertarungan antara hawa nafsu dan akal. Jika akal lebih dominan maka kalbu akan baik.

Sebaliknya, bila hawa nafsu yang lebih dominan maka kalbu akan rusak. Nafsu merupakan ancaman besar bagi diri setiap manusia, karena nafsu senantiasa mengajak kepada segala bentuk keburukan.

Hawa nafsu adalah dalam diri manusia berfungsi sebagai motor penggerak. Hawa nafsu disebut sebagai daya ‘nafsani’ dan mengandung dua kekuatan negatif, yaitu kekuatan al-gaḍabiyyah dan al-syahwaniyyah.

Al-gaḍab adalah daya yang memiliki potensi untuk menghindarkan diri dari segala hal yang membahayakan atau tidak nyaman.

Al-syahwat adalah daya yang memiliki potensi untuk menginduksi diri dari segala sesuatu yang bersifat menyenangkan.

Al-gaḍabiyyah dan al-syahwaniyyah ini melahirkan sebuah prinsip kerja nafsu, yaitu berorientasi pada insting hewaniyah dan kenikmatan rendah (pleasure principle).

Untuk memenuhi insting tersebut, hawa nafsu akan berusaha menjauhkan jiwa dari ruh agar dapat diarahkan untuk mengaktualisasikan perilaku-perilaku menyimpang.

Di dalam Al-Qur’an nafs berulang kali disebutkan sebanyak 325 kali dengan variasi dan ragam perubahan kata. Nafs memiliki arti totalitas manusia secara keseluruhan atau dapat pula berarti perilaku manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *