Mubaligh Muhammadiyah Wajib Upgrade Ilmu agar Ceramahnya Tidak Monoton!

Mubaligh Muhammadiyah Wajib Upgrade Ilmu agar Ceramahnya Tidak Monoton!

Menjelang bulan Ramadan, para mubaligh Muhammadiyah diimbau untuk terus mengembangkan wawasan dan keterampilan berdakwah agar ceramah yang disampaikan tetap menarik, berbobot, dan tidak membosankan.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang I Tabligh Global dan Kerja Sama Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustaz Fahmi Salim, dalam Kajian Rutin PDM Lamongan di Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA), pada Sabtu (1/2/2025).

Menurutnya, dakwah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim sesuai dengan kemampuannya.

Bagi para mubaligh Muhammadiyah, tanggung jawab ini lebih besar karena dakwah yang berkualitas akan memberikan manfaat luas bagi umat.

Oleh karena itu, para dai harus terus meningkatkan keilmuan mereka agar dapat menjawab tantangan zaman.

Fahmi menegaskan bahwa Islam bukan agama yang eksklusif seperti Yahudi, melainkan agama yang harus disampaikan kepada seluruh manusia.

Ia mengutip Surat Al-Ma’idah ayat 67 sebagai landasan pentingnya menyebarkan ajaran Islam.

“Sebagai seorang dai, kita harus memastikan dakwah yang kita sampaikan bisa diterima dengan baik oleh jamaah, bukan justru membuat mereka jenuh,” tegasnya.

Ia juga mengajak para dai untuk terus menambah wawasan dan memperdalam ilmu agama.

Di Muhammadiyah, peningkatan keilmuan dapat dilakukan melalui majelis taklim sebagai wadah pembelajaran Islam, seminar keislaman, hingga pemanfaatan literatur Islam yang luas.

“Islam adalah agama ilmu. Seorang dai harus terus memperbarui wawasannya, memperbanyak bacaan, dan meningkatkan literasi agar materi dakwah tetap segar dan bervariasi,” ujar Fahmi.

Ia menyoroti bahwa mubaligh yang kurang membaca cenderung mengulang materi yang sama dalam ceramahnya, sehingga jamaah bisa merasa bosan.

“Misalnya, jika dalam setiap ceramah selalu menggunakan dalil dan kisah yang sama, lama-lama audiens akan hafal sebelum mubalig selesai berbicara,” tambahnya.

Menjelang Ramadan, ia juga mengingatkan agar materi kultum dan ceramah tidak monoton.

“Jangan sampai kultum subuh, ceramah tarawih, atau tausiyah menjelang berbuka hanya berputar pada tema yang sama setiap tahun,” ujarnya.

Ia menyarankan agar mubaligh dapat mengembangkan tema ceramah yang lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Misalnya, mengangkat tema tentang keseimbangan ibadah dan produktivitas, spiritualitas di era digital, atau kajian mendalam mengenai aspek sosial dalam Islam.

Selain itu, mubalig juga didorong untuk memanfaatkan media digital dalam berdakwah. Penyampaian ceramah bisa lebih interaktif dengan menggunakan multimedia, infografis, atau bahkan diskusi terbuka yang melibatkan jamaah agar mereka lebih aktif.

Dakwah yang menarik dan berbobot akan lebih berkesan bagi jamaah serta meningkatkan semangat umat dalam beribadah selama Ramadan.

Oleh karena itu, mubaligh Muhammadiyah perlu terus memperluas wawasan dan mengeksplorasi metode penyampaian dakwah yang lebih inovatif.

Sebagai penutup, Fahmi Salim menekankan pentingnya belajar secara berkelanjutan. Ia mengingatkan para mubaligh agar tidak hanya mengandalkan pengalaman, tetapi juga terus memperbarui ilmu mereka agar dakwah yang disampaikan semakin berkualitas dan bermanfaat bagi umat.

“Seorang dai sejati adalah mereka yang terus belajar dan tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki. Semakin luas wawasan seorang mubalig, semakin besar pula manfaat dakwahnya bagi masyarakat,” pungkasnya. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *