مَا زَالَ يُوصِينِى جِبْرِيلُ بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
“Jibril senantiasa berwasiat kepadaku agar memuliakan (berbuat baik) kepada tetangga, sampai-sampai aku mengira seseorang akan menjadi ahli waris tetangganya”. (HR. Al Bukhari no.6014).
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa ada interaksi dengan manusia lainnya.
Hidup bersama dengan orang lain merupakan bagian dari yang tidak bisa dihindarkan, oleh karena itu sikap dan perilaku mengutamakan kepentingan bersama didudukkan pada tempat tertinggi selama tidak dalam hal melanggar syariat.
Diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (HR. Al Bukhari no. 6014).
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa ada interaksi dengan manusia lainnya.
Hidup bersama dengan orang lain merupakan bagian dari yang tidak bisa dihindarkan.
Oleh karena itu, sikap dan perilaku mengutamakan kepentingan bersama didudukkan pada tempat tertinggi selama tidak dalam hal melanggar syariat.
Kata tetangga mencangkup tetangga yang muslim dan juga yang kafir, ahli ibadah dan orang fasik, teman dan lawan, orang asing dan penduduk asli, yang memberi manfaat dan yang memberi mudarat, kerabat dekat dan bukan kerabat dekat, rumah yang paling dekat dan paling jauh. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam al-Fath (X/456).
Kehidupan di kota yang terbatas dan berimpitan antar rumah menyebabkan hak-hak tetangga tidak terpenuhi.
Seperti seharusnya tidak menghalangi mereka mendapatkan sinar matahari atau udara, tidak boleh melampaui batas tanah milik tetangga, baik dengan merusak ataupun mengubah.
Karena hal tersebut dapat menyakiti perasaannya, di samping dosanya sangat mengerikan karena di akhirat akan menjadi beban yang berat yang harus ditanggung.
Ada tiga nasihat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW:
Yang pertama, hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati. Sebebas-bebasnya hidup pasti akan mengalami kematian.
Hal yang terburuk bagi manusia adalah kematian. Dengan adanya kematian manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi.
Yang kedua, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya.
Setiap manusia dibebaskan untuk mencintai siapa saja di antara semua makhluk, namun sesungguhnya mereka akan berpisah dengannya.
Maka, jangan sampai seorang manusia menyibukkan hatinya dengan kesenangan dunia.
Yang ketiga, berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.
Manusia bebas melakukan perbuatan yang baik maupun yang buruk sesukanya, karena semua akan berakhir dengan kematian, di mana ada perhitungan dan pembalasan di akhirat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News