4 Faktor Dunia Islam Perlu Mengintegrasikan Ilmu Pengetahuan dan Agama
foto: globalvillagespace.com
UM Surabaya

Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Muhamad Rofiq Muzakkir mengungkapkan empat faktor atau alasan pendorong terkait pentingnya umat Islam perlu melakukan integrasi Islam dengan ilmu pengetahuan.

Hal itu disampaikan Rofiq Muzakkir dalam acara ‘Seminar Internasional: Alquran dan Integrasi Ilmu-ilmu Syariah, Sains, dan Sosial Humaniora” Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (21/8/2023)

Kata dia, keempat faktor alasan penting integrasi tersebut, pertama, integrasi merupakan amanat langsung dari Alquran dan sunah.

Menurut Rofiq, kata “’ilm” dalam Alquran maupun hadis merujuk pada pengetahuan secara umum. Hal ini berarti bahwa “’ilm” tidak menunjuk pada satu disiplin pengetahuan an sich.

“Sebaliknya, konsep ini mencakup seluruh spektrum ilmu pengetahuan, mulai dari ilmu fisika, sejarah, ilmu alam, ilmu sosial, hingga berbagai jenis pengetahuan lainnya,” ujar dia.

Karenanya, Alquran dan hadis mempromosikan pandangan holistik tentang pengetahuan, di mana tidak ada pembatasan pada satu bidang tertentu.

Kedua, integrasi adalah karakteristik intrinsik dari Islam. Ada banyak buku, termasuk karya seorang orientalis Franz Rosenthal, yang menggambarkan betapa Islam menghargai pengetahuan.

“Tidak ada peradaban lain dalam sejarah manusia yang menekankan pengetahuan sebanyak Islam. Alquran dan sunah menegaskan pentingnya pengetahuan dalam semua bidang, termasuk ilmu alam dan ilmu sosial,” tegas Rofiq.

Banyak tokoh penting dalam sejarah Islam juga adalah polymath yang menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan.

Ketiga, dunia Islam saat ini menghadapi apa yang Rofiq sebut sebagai krisis epistemik (epistemic crises). Krisis ini tumbuh akibat langsung dari sekularisasi dalam masyarakat Barat.

Salah satu dampak dari sekularisasi adalah pemahaman yang berlebihan terhadap peran sains dalam menjelaskan segala sesuatu.

“Ilmuwan Barat sering cenderung memandang sains sebagai satu-satunya wadah pengetahuan yang valid dan dapat menjelaskan eksistensi dan tujuan manusia,” katanya.

Keempat, kompleksitas masalah saat ini di tingkat empiris. Menurut Rofiq, umat manusia secara keseluruhan menghadapi masalah lingkungan, ekonomi, pendidikan, sosiologis, dan patologis yang sangat rumit.

“Dengan kompleksitas masalah-masalah ini, pendekatan yang lebih holistik dan multidisiplin menjadi suatu keharusan. Tidak lagi cukup hanya bergantung pada satu disiplin ilmu,” tutur dia.

Melalui pemahaman holistik tentang pengetahuan, dunia Islam diharapkan dapat memanfaatkan warisan intelektualnya yang kaya dan menghadapi perubahan zaman dengan bijaksana.

Integrasi antara nilai-nilai Islam yang mendalam dan pengetahuan modern menjadi kunci untuk mengatasi kompleksitas masalah yang semakin rumit di masyarakat.

“Dengan adanya kolaborasi antar bidang ilmu, umat Islam dapat berperan aktif dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan untuk masa depan dunia yang lebih baik,” pungkasnya. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini