Ibadah secara bahasa ialah taat, tunduk, merendahkan diri, dan menghambakan diri. Salah satu tujuan utama ibadah dalam Islam adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta melaksanakan apa yang diizinkan oleh syariat.
Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Niki Alma Febriana Fauzi Ibadah dapat dibagi menjadi dua kategori utama. Pertama, ada ibadah yang tidak memiliki tata cara yang terinci (‘ammah).
Ini adalah bentuk-bentuk ibadah yang bisa kita lakukan dalam berbagai cara yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi kita, misalnya doa, zikir, dan sedekah.
“Kedua, ada ibadah yang telah diatur dengan rinci (khashshah), baik dari segi waktu maupun tempatnya, seperti salat lima waktu yang diwajibkan dan haji yang harus dilakukan di Mekah,” ujar di Kantor PP Muhammadiyah, Rabu (13/9/2023).
Oleh karena itu, terang Niki, ibadah bukan hanya tindakan ritual, tetapi juga merupakan cerminan dari hubungan pribadi antara seorang muslim dengan Allah. I
ni adalah panggilan untuk hidup dengan penuh kesadaran akan keberadaan Allah, patuh kepada-Nya, dan bersedia mengorbankan diri demi-Nya.
“Dengan melakukan ibadah dengan sebaik-baiknya, umat Islam berharap dapat mencapai kedekatan spiritual dengan Sang Pencipta dan mencapai kebahagiaan abadi di akhirat,” katanya.
Prinsip-Prinsip Ibadah
Niki Alma menjelaskan, salah satu prinsip utama dalam ibadah Islam adalah keyakinan bahwa yang berhak disembah hanya Allah (لا يعبد الا الله).
Prinsip ini ditegaskan dalam Alquran dalam surat An-Nisa ayat 48 dan 116, yang menyatakan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mengaitkan sesuatu selain Allah dengan ibadah) dan akan mengampuni dosa-dosa selainnya jika Dia berkehendak.
Selain itu, dalam Islam, ibadah harus dilakukan tanpa perantara. Allah tidak memiliki sekutu atau perantara yang dapat menghubungkan manusia kepada-Nya. Seperti yang dinyatakan dalam surat Ash-Shura ayat 11, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.”
Prinsip berikutnya adalah ibadah harus didasari oleh ikhlas, yaitu dilakukan dengan tulus dan ikhlas hanya untuk Allah. Ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Al-Bayyina ayat 5, yang menyatakan bahwa manusia diperintahkan untuk beribadah kepada Allah dengan tulus.
Tuntunan langsung dari Alquran dan sunah juga merupakan bagian penting dalam ibadah (terutama ibadah khashshah). Sebagaimana hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Aisyah:
“Barang siapa melakukan suatu amal perbuatan yang tidak ada tuntunan dari kami, maka amal perbuatan itu tertolak.”
Selanjutnya, dalam Islam, terdapat prinsip untuk memelihara keseimbangan antara unsur rohani dan jasmani. Ini berarti bahwa ibadah tidak hanya melibatkan ritual spiritual, tetapi juga mencakup aspek-aspek kehidupan sehari-hari, seperti pekerjaan, pendidikan, dan hubungan sosial.
Sebagaimana dinyatakan dalam Alquran dalam surat Al-Baqarah ayat 185, Allah menginginkan kemudahan bagi umat-Nya.
Terakhir, ibadah dalam Islam diajarkan untuk menjadi mudah dan meringankan beban umat.
Allah tidak menghendaki kesulitan dalam beribadah, seperti yang diungkapkan dalam Alquran dalam surat Al-Baqarah ayat 185, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, bukan kesulitan.”
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ibadah ini dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam diharapkan dapat mencapai kedekatan dengan Allah dan mendapatkan keberkahan dalam hidup mereka.
Ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan tuntunan yang benar merupakan salah satu jalan untuk mencapai tujuan tersebut. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News