Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Jawa Timur menggelar Rapat Koordinasi Daerah BAZNAS se-Jawa Timur di Hotel Novotel Samator Surabaya, 11-13 September 2023.
Salah satu Agenda besarnya adalah koordinasi dan penguatan kelembagaan dalam pemaksimalan penyaluran program kerakyatan. Dua program yang diprioritaskan adalah penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting.
Ketua BAZNAS Pusat Prof Dr KH Nur Rahmad dalam sambutannya menegaskan, prioritas program Nasional dalam penyaluran tahun 2024 adalah penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting.
“Kita targetkan untuk dua program ini secara nasional. Semoga ini bisa mendapatkan dukungan Pemerintah masing-masing Daerah,” tegasnya.
Dia melanjutkan, agar program ini bisa berjalan sukses, selain intervensi Pemerintah Daerah juga diperlukan data yang valid.
“Untuk efektivitas program kita perlukan data yang valid, karena selama ini datanya berubah-ubah ” tandasnya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan siap mendukung prioritas program BAZNAS dalam penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting.
“Kami berkepentingan untuk men-support dan mendukung penuh program ini,” kata Khofifah.
Dia mewanti-wanti agar basis data yang digunakan terkait kemiskinan ekstrem dan stunting ini harus betul-betul valid sehingga bisa efektif.
“Saya sempat dapat Informasi stunting sebuah daerah 25- 30 persen. Ini kan mustahil. Masak setiap ada 4 anak, satu anak kenak stunting. Ini jelas mustahil. Makanya datanya harus divalidkan,” katanya.
Muhammad Roissudin, aktivis muda Muhammadiyah muda turut angkat suara. Dia mengatakan, isu kemiskinan dan stunting harus menjadi konsen semua pihak. Peran serta organisasi masyarakat dirasakan sangat penting.
“Semua elemen masyarakat harus aware terhadap isu kemiskinan dan stunting. Karena , Jawa Timur ini menjadi barometer Nasional ” tutur anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Timur ini.
Menurut Roissudin, semua pihak harus siap bergandeng tangan menuntaskan persoalan kemiskinan.
“Organisasi Masyarakat dan kepemudaan saya kira siap men-support dengan SDM di masing-masing daerah saya kira siap bahu membahu,” tegasnya.
Namun, dia mewanti-wanti agar data kemiskinan di valid kan agar tidak simpang siur
“Pakai data yang mana masih belum jelas, prinsipnya siaplah, ya ” ujar dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya ini. (ded)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News