Keberadaan masjid sangat strategis untuk meningkatkan tradisi literasi. Selain sebagai tempat beribadah, masjid juga bisa dilengkapi dengan perpustakaan dengan pemanfaatan teknologi digital.
Sayangnya, hingga sekarang, tidak banyak masjid yang menyediakan fasilitas perpustakaan yang proper. Sehingga belum signifikan mendongkrak minat baca masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
Hasil survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, menyebutkan Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.
Rendahnya minat baca sebuah negara secara umum akan menyebabkan kemampuan inovasi masyarakatnya rendah. Padahal, inovasi adalah kunci kemajuan bangsa. Bahkan, demokrasi hanya akan berkembang di suatu masyarakat yang warganya adalah pembaca.
Artinya peran tempat ibadah dalam meningkatkan minat baca dan pemahaman ilmu pengetahuan harus terus didorong seiring tren kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Hal ini sekaligus dalam rangka mengejar ketertinggalan sejumlah aspek berbagai sumberdaya khususnya human Indeks di level Asia maupun Dunia.
Lalu, bagaimana peran masjid dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui minat baca dan literasi media sosial?
Pusat Peradaban
Secara istilah, masjid diartikan sebagai tempat suci untuk mendekatkan diri kepada Allah yang bebas dari kepentingan apa pun kecuali mengharapkan kebaikan dari-Nya dan membentuk hamba yang saleh dengan sesama.
Ketika Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah, Langkah pertama begitu sampai di Madinah adalah membangun masjid. Para ahli sejarah mencatat, langkah nabi tersebut merupakan strategi perjuangan yang sangat jenius.
Melalui masjid, Rasulullah Saw telah mencetak banyak tokoh yang kemudian menjadi penerus dakwahnya.
Manurut Didin Hafidhuddin (2002), kader masjid pada zaman Rasulullah Saw adalah aktivis di berbagai bidang kehidupan. Sebagian dari mereka menjadi pedagang yang berhasil menguasai pasar, tentara yang disegani dan ditakuti musuh.
Juga birokrat yang amanah, bertanggungjawab dan mencintai rakyat, cendekiawan pecinta dan penyebar ilmu pengetahuan, pengusaha dan pekerja yang memiliki moral dan etos kerja tinggi, serta penyebar risalah.
Perpustakaan Masjid
Secara umum perpustakaan masjid bertujuan menyediakan layanan informasi dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi bagi jamaah dan masyarakat di lingkungan tempat ibadah, baik informasi untuk kecerdasan spiritual, intelektual, maupun kecerdasan emosional.
Secara khusus perpustakaan masjid mempunyai tujuan:
a. Meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang keagamaan dalam bidang keagamaan dan pengetahuan lainya.
b. Sebagai sarana jamaah dan masyarakat untuk mendapatkan informasi
c. Hiburan atau rekreasi guna mendapatkan informasi lainya.
d. Menunjang dan membantu memenuhi kebutuhan informasi dalam akktivitas ibadah. Mendukung pelaksanaan program rumah ibadah.
e. Sebagai sarana jamaah dan masyarakat untuk mendapatkan informasi hiburan atau rekreasi guna mendapatkan informasi lainya
f. Berperan meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas yang luas.
g. Mendukung pendidikan sepanjang hayat (Long life education) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain tempat ibadah, masjid mempunyai fungsi-fungsi lain yang berguna bagi masyarakat. Karena kedudukanya yang sentral dalam masyarakat Islam, perkembangan masjid selalu berkaitan dalam perubahan di setiap saat dalam masyarakat. (Asrohah, 1999:56).
Salah satu fungsi masjid menurut Harun, (2009:1) yang berkembang di masyarakat muslim adalah:
a. Pusat pendidikan
Pendidikan yang dilakukan di masjid atau di lingkungan masjid adalah pendidikan taman bacaan Al-Qur;an, Madrasah diniyah, SD islam, dan SMP Islam. Biasanya pendidikan tersebut berada di naungan yayasan takmir masjid.
b. Bahan Bacaan
Untuk mendukung kegiatan dakwah islam dan pendidikan bagi masyarakat muslim.di masjid perlu didirikan perpustakaan masjid.
Perpustakaan masjid merupakan tempat pembelajaran sepanjang umat. Karya-karya ulama atau literatur keislaman dan koleksi lainya akan memberikan khazanah keilmuan bagi umat Islam.
Tokoh Agama
Para tokoh agama harus menyadari bahwa literasi digital adalah kekuatan yang sangat revolusioner, baik dalam pemikiran maupun langkah dakwahnya. Karena manusia dapat berinteraksi dan beraktivitas secara sangat mudah, cepat, efisien, dan intensif.
Para tokoh agama sudah selayaknya mendayagunakan instrumen digital sebagai kekuatan untuk menyebarluaskan jangkauan dakwahnya. Karena sekarang tidak mungkin lagi hanya bertumpu pada model dakwah yang bersifat konvensional.
Hadirnya narasi-narasi dakwah yang baik dengan berbagai data, informasi, isu, opini, dan pandangan, diharapkan dapat mengimbangi berbagai konten-konten yang buruk dan negatif di dunia digital.
Para tokoh agama juga harus melihat perspektif penting dari lahirnya generasi milenial. Generasi ini memiliki pola hidup mandiri. Generasi yang sangat akrab dengan IT, internet, dan media sosial. Mereka lahir di tengah ragam pilihan dan kebebasan berpikir.
Peran Takmir Masjid
Takmir masjid adalah seseorang yang diberikan tanggung jawab mengelola seluruh sarana dan prasarana masjid dan memastikan jamaah mendapatkan layanan dalam proses Ibadah atau kebutuhan lain.
Secara umum takmir masjid memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan pengetahuan jamaah. Baik melalui kajian rutin, menyiapkan mubaligh/ustaz yang kompeten serta menyediakan sarana prasarana yang dapat meningkatkan literasi jamaah terkait pemahaman Agama yang moderat sesuai misi Masjid yang berorientasi pada fungsi kedamaian (rahmatan lil alaamiin).
Yusuf Qardhawi secara garis besar memberikan benang merah fungsi masjid menjadi dua: Sebagai tempat ibadah yang suci untuk membangun nilai-nilai ketakwaan kepada Allah; dan tempat untuk memanifestasikan nilai-nilai ketakwaan tersebut melalui fungsi sosialnya.
Selain digunakan sebagai tempat salat dan berzikir kepada Allah, masjid memiliki fungsi sebagai sarana pembelajaran ilmu pengetahuan dengan berbagai varian keilmuannya (tafaqquh fi al-din), media pembentukan karakter umat, pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat melalui pengembangan Lembaga amil zakat, infak dan sedekah, pemersatu dan perekat solidaritas keislaman (ukhuwwah islamiyyah), dan lain-lain.
Isu Persatuan Umat
Dalam hal menyatukan Umat, takmir masjid berkewajiban memiliki wawasan dan orientasi pada isu-isu yang menyatukan umat, kemandirian dan ekonomi berbasis masjid.
Melalui mimbar masjid harus disuarakan persatuan dan kerukunan umat secara terus menerus. Dari mimbar masjid para khatib dan mubalig mengingatkan umat tentang pentingnya kejujuran dan tolong menolong kepada sesama.
Dari mimbar masjid dijelaskan kepada umat batas antara halal dan haram, antara hak dan batil, sesuai tuntunan Alquran dan Sunah Rasul. Dari masjid umat Islam diingatkan tentang hidup sesudah mati.
Masjid adalah simbol persatuan umat yang paling genuine. Masjid bukan tempat untuk mempertentangkan masalah-masalah khilafiah di kalangan umat Islam.
Semua muslim, pria dan wanita, orang dewasa dan anak-anak, bernaung dalam organisasi Islam mana pun, golongan ekonomi kaya maupun miskin, pemukim maupun musafir, memiliki keleluasan beribadah salat berjamaah di semua masjid.
Protokol salat berjamaah di masjid melambangkan kesamaan derajat manusia di hadapan Allah dan penghargaan agama kepada orang berilmu.
Siapa saja yang datang duluan berhak duduk di saf terdepan, namun yang menjadi imam salat tentu orang yang fasih bacaannya, memiliki ilmu, dituakan di lingkungannya dan berkepribadian baik. (*)
Penulis: Dr SHOLIHUL HUDA M.Fil.I, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya