Haedar Nashir Tegaskan Islam Bukan Ancaman bagi NKRI
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
UM Surabaya

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menegaskan bahwa agama dan umat Islam tidak sebagai ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Islam termasuk Muhammadiyah di Indonesia telah banyak berperan untuk kemerdekaan Indonesia, bahkan Islam melalui Muhammadiyah salah satunya juga membantu mengisi kemerdekaan Indonesia.

“Muhammadiyah lahir, ‘Aisyiyah lahir selain menjalankan fungsi utama untuk membina warga, umat, agar beribadah dan menjalankan fungsi kekhalifahan di muka bumi, wujud ibadah itu juga berbangsa dan bernegara,” kata Haedar pada (7/1/2024) di Wates, Kulon Progo.

Muhammadiyah dan umat Islam secara umum sampai Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, umat Islam mengambil peran baik memperjuangkan kemerdekaan maupun dalam mendirikan Indonesia merdeka.

Dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, Muhammadiyah melakukannya dengan mendirikan institusi pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi,selain spiritualitas juga berbuat secara fisik.

Kepada warga persyarikatan Muhammadiyah, menghadapi masa-masa yang akan datang yang penuh dengan tantangan. Lebih-lebih akan berlangsungnya momen politik pada 2024 supaya menjalankan sikap-sikap utama.

“Kita ini harus benar dalam hidup dan tidak salah. Kita ini harus baik dan tidak boleh buruk. Kita ini harus hidup pantas dan tidak boleh melakukan sesuatu yang tidak pantas,” pesan Haedar Nashir.

Pesan serupa juga disampaikan kepada seluruh peserta yang berkontestasi pada Pemilu 2024. Haedar menekankan, supaya demokrasi diselenggarakan dengan baik dan sesuai. Sebab kebiasaan buruk jika dilakukan demokrasi tidak akan pernah maju.

“Maka saya himbau juga kepada para Paslon jangan lakukan kebiasaan bagi-bagi uang dan segala macam. Itu tidak barokah,” tuturnya.

Politik uang, kata Haedar, akan memberikan dampak serius pada regenerasi kepemimpinan tanah air. Sebab, kader-kader potensial yang berkemampuan baik tidak bisa maju dalam pencalonan karena tidak memiliki uang.

Guru Besar Sosiologi ini juga berpendapat tidak setuju dengan gagasan beberapa kelompok yang ingin mendirikan negara Islam di Indonesia. Dia beralasan di Indonesia sudah sepakat Pancasila sebagai dasar negara, yang dibarengi dengan penjiwaan pada agama dan budaya luhur bangsa. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini