Tentang cara menentukan waktu awal Ramadan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah menggunakan metode hisab wujudul hilal ditopang tiga alasan untuk metode hisab.
Penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal secara praksis untuk menjawab keresahan umat tentang penentuan waktu-waktu penting ibadah umat Islam, yang berkorelasi dengan penjadwalan untuk aktivitas lain di luar ibadah khusus.
Oleh karena itu Muhammadiyah sampai saat ini terus mendorong segera direalisasikan kalender Islam global.
Hal ini diharapkan melalui kesepakatan waktu dalam kalender tersebut, keresahan-keresahan yang dihadapi umat Islam sekarang tidak terjadi kembali.
Tiga Penopang Kokoh Wujudul Hillal
Terkait dengan metode hisab hakiki wujudul hilal, metode ini ditopang tiga hal yang kokoh, yakni landasan atau pilar teologis, sains, dan praktis untuk memudahkan umat dalam menentukan agenda-agenda penting lainnya.
Tiga alasan yang menopang itu, pertama adalah landasan teologis atau keagamaan berasal dari Alquran maupun Hadis.
Dalam Alquran, tidak sedikit surat yang menerangkan tentang metode hisab untuk menentukan waktu, termasuk Hadis Nabi Muhammad SAW.
Alasan kedua adalah sains. Bahwa Agama Islam merupakan agama yang cinta pada ilmu.
Wujud yang dipahami oleh Muhammadiyah sebagaimana konsep wujud itu, yaitu prinsip keberadaan.
Hilal sebagai benda langit sangat bisa diamati melalui alat hasil atau produk ilmu pengetahuan.
Bagi kami tidak bisa melihat dan tidak bisa tampak di hadapan kita belum tentu hilal itu tidak ada. Bagi kami konsepnya jauh lebih kuat jika konsepnya wujud atau ada.
Alasan ketiga adalah praksis atau kemudahan. Disebutkan bahwa dalam beragama Allah SWT menghendaki kemudahan bukan kesusahan.
Kemudahan yang dimaksud oleh Muhammadiyah bukan yang pragmatis, tetapi kemudahan yang diberikan oleh agama. Muhammadiyah memandang kemudahannya banyak dari metode hisab itu.
Salah satu kemudahan yang didapatkan dari penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal, umat akan lebih mudah menentukan rencana, karena penentuan waktu-waktu penting bagi umat Islam.
Dengan hisab kita akan bisa menghitung 50 sampai 100 tahun ke depan. Tapi kalau misalkan tunggu besok satu min H, itu kan susah.
Dan seperti hidup kita sehari-hari dalam bertransaksi dengan kalender yang kemudian menjadi pasti. (*)
(Disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir di acara Media Gathering di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, 18 April 2023)