*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Kita di dunia ini untuk menjalani ujian. Harusnya kita mengingat terus hal ini, agar kita bisa tabah dan sabar, teguh dan tegar di atas jalan Allah yang lurus dan terang benderang.
Jika kita diberi kenikmatan, maka ingatlah bahwa itu ujian, apakah kita bisa bersyukur kepada-Nya, ataukah kita kufur?
Mensyukuri nikmat adalah dengan mengakui bahwa itu benar-benar murni dari Allah, memuji Allah karenanya, dan menggunakannya untuk sesuatu yang dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla atau minimal tidak dimurkai oleh-Nya..
Jika kita diberi kesusahan, maka ingatlah bahwa itu ujian, apakah kita bisa bersabar atau tidak?
Bersabar saat kesusahan adalah dengan mengingat bahwa itu dari Allah sesuai dengan takdir-Nya.
Menahan diri dari tindakan tidak rela kepada takdir Allah baik dengan ucapan ataupun perbuatan serta semakin mendekat kepada Allah.
Dan meminta agar Allah mengangkat kesusahan. Bukan malah melakukan hal-hal yang diharamkan.
Intinya, nikmat dan musibah, keduanya adalah ujian dari Allah untuk kita. Darinya akan terlihat siapa dari kita yang baik dan kita tidak akan baik dalam menghadapi ujian itu, kecuali dengan pertolongan dari Allah yang Maha Perkasa.
Allah telah menjelaskan hal ini di ayat berikut:
“Mahasuci Allah, yang di tangan-Nya semua kerajaan. Dia maha berkuasa atas segala sesuatu Dialah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalannya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.“ (QS. Al-Mulk 1-2)
Allah Ta’ala berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua (ibu dan bapak), karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu.” (QS. An-Nisa: 36). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News