5 Pelajaran Hidup dari Kawanan Lebah
UM Surabaya

Lebah (nahl) merupakan hewan istimewa. Kata nahl dalam Alquran hanya muncul sekali, namun namanya diabadikan menjadi salah satu surat: An-Nahl.

Dalam ayat tersebut, lebah diperintah Sang Pencipta untuk membuat sarang di bukit, pohon, dan tempat lain yang dibuat manusia.

Lebah pun diminta mengambil makanan dari buah-buahan, dan dari perutnya keluar madu dengan beragam warna yang berkhasiat untuk pengobatan (QS An-Nahl 68-69).

Akhir ayat tersebut ditutup dengan pesan: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”

Apa pelajaran yang bisa kita ambil?

Bagi orang awam, termasuk peternak lebah, manfaat lebah yang paling jelas adalah produksi madu. Madu mempunyai beragam khasiat terapeutik dan dibuktikan dengan riset modern (e.g. Nikhat & Fazil, 2022; Tabebi et al., 2020).

Produksi madu dunia mencapai lebih dari 1,8 juta ton per tahun. Produsen madu terbesar dunia adalah Tiongkok, yang disusul oleh Turkiye dan Argentina.(https://www.atlasbig.com/en-us/countries-by-honey-production).

Tetapi jika dilihat dalam konteks lebih luas, lebah mempunyai fungsi penting dalam perekonomian nasional selain sebagai penghasil komoditas madu, yaitu sebagai penyerbuk (pollinator) tanamam (Butler, 1942).

Kita bisa sebut beberapa di sini, termasuk kentang, bawang, pepaya, kelapa, kopi, timun, apel, melon, labu, semangka, cabai, kubis, brokoli, almon, dan masih banyak lagi.

Perhatian periset terhadap koloni lebah pun tidak terbatas di sektor pertanian. Periset mencoba memahami perilaku lebah, termasuk cara berkomunikasi antarlebah melalui tarian (Dubrovina, 2020; Hasenjager et al., 2020).

Lebah adalah hewan koloni yang hidup dalam kawanan. Setiap koloni yang terdiri dari sekitar 10.000 lebah dipimpin oleh lebah ratu, yang dibantu oleh lebah pekerja dan lebah jantan (drone).

Ada pembagian tugas yang jelas. Lebah ratu dapat menghasilkan 2.000 telur per hari. Umurnya dapat mencapai 3 tahun. Lebah pekerja juga betina tetapi tidak bisa menghasilkan telur.

Selama hidupnya yang hanya 4-10 pekan, lebah pekerja bisa terbang menempuh jarak 1.000 sampai dengan 1.500 meter untuk mencari nektar, air, dan juga serbuk sari.

Lebah jantan tidak punya alat penyengat. Hidupnya pun singkat, hanya sekitar 57 hari. Lebah ini membantu lebah ratu dalam proses reproduksi.

Riset terhadap perilaku lebah telah menginspirasi seorang profesor biologi dari Cornell University, Thomas Seeley (2011), menulis sebuah buku dengan judul menarik: Honeybee Democracy.

Berdasar hasil riset bertahun-tahun, Seeley memaparkan bagaimana koloni lebah hidup dalam kesehariannya. Demokrasi yang dijalankan dalam kawanan lebah dapat menjadi inspirasi.

Kawanan lebah terlibat dalam banyak proses, termasuk pengumpulan fakta, perdebatan sengit, dan pembentukan konsensus melalui kuorum.

Setiap anggota koloni lebah paham dengan tugasnya. Bahkan lebah ratu ternyata tidak menjadi penguasa koloni. Para lebah pekerja menjaga harmoni dalam bekerja tanpa supervisi.

Salah satu keputusan penting yang diambil oleh koloni lebah adalah dalam menentukan rumah baru. Cerita ini menghidupkan kembali ingatan saya tentang adopsi pendekatan serupa yang digunakan oleh sebuah perusahaan keluarga di Brazil (Semles, 2001).

Mereka melibatkan karyawan dalam mengambil beberapa keputusan, termasuk menentukan lokasi pabrik baru.

Mari kembali ke soal lebah.

Seeley (2011) memberikan daftar pelajaran yang bisa manusia ambil dari lebah.

Pertama, dalam pengambilan keputusan, buat tim dari individu yang mempunyai kesamaan kepentingan dan saling menghargai.

Kedua, minimalkan pengaruh pimpinan dalam pemikiran tim. Intervensi pimpinan harus seminimal mungkin, sehingga keputusan yang diambil menjadi semakin objektif.

Ketiga, cari beragam solusi dari sebuah masalah. Caranya? Buat tim cukup besar sesuai dengan beban, pastikan anggota tim berasal dari beragam latar belakang dan perspektif, dukung eksplorasi mandiri setiap anggota tim, dan buat iklim yang nyaman bagi setiap anggota tim untuk menyampaikan idenya.

Pelajaran ini mengingatkan saya kepada sebuah buku lain yang ditulis oleh Surowiecki (2005) yang berjudul The Wisdom of The Crowds. Variasi perspektif dan kemandirian setiap anggota tim penting untuk menjadikan bahwa pemikiran kolektif lebih berkualitas dibandingkan dengan pemikiran individual.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, banyak kepala lebih baik dibandingkan satu kepala hanya valid jika syarat tersebut terpenuhi.

Keempat, agregasikan pengetahuan rim melalui debat yang sehat. Caranya? Ciptakan iklim kompetisi ide terbuka dan adil untuk mengintegrasikan informasi yang terserah, dorong komunikasi yang baik antartim, dan hargai pendapat tim lain dengan cara saling mendengarkan secara kritis.

Poin ini membawa saya ke titik lampau yang terekam dalam buku lain tentang seni mendengar sebagai salah satu kecakapan halus (softskill) yang harus dipelajari (Klaus, 2007). Mendengar bukan sekedar aktivitas yang kita lakukan ketika menunggu giliran bicara.

Kelima, gunakan respons kuorum untuk mencapai kohesi, menjamin akurasi, dan menjaga kecepatan dalam pengambil keputusan.

Apa yang dilakukan oleh lebah ini untuk mengambil konsensus secara optimal juga menginspirasi algoritma optimasi (Yuce et al., 2013; Karaboga & Akay, 2009).

Ini merupakan salah satu algoritma yang dikembangkan kecerdasan kawanan (swarm intelligence).

Lebah saja sudah memberikan banyak inspirasi? Apakah kita sudah? (*)

*) Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII)

Referensi:

Butler, C. (1942). The honeybee. Nature, 150, 759–760. Tersedia daring: https://www.nature.com/articles/150759a0
Dubrovina, E. (2020). Dance of the honeybee. Nature Physics, 16, 240.
Hasenjager, M. J., Hoppitt, W., & Leadbeater, E. (2020). Network-based diffusion analysis reveals context-specific dominance of dance communication in foraging honeybees. Nature communications, 11(1), 625.
Karaboga, D., & Akay, B. (2009). A survey: algorithms simulating bee swarm intelligence. Artificial intelligence review, 31, 61-85.
Klaus, P. (2007). The hard truth about soft skills: Workplace lessons smart people wish they’d learned sooner. Collins.
Nikhat, S., & Fazil, M. (2022). History, phytochemistry, experimental pharmacology and clinical uses of honey: A comprehensive review with special reference to Unani medicine. Journal of Ethnopharmacology, 282, 114614.
Seeley, T. D. (2011). Honeybee democracy. Princeton University Press.
Semler, R. (2001). Maverick!: The success story behind the world’s most unusual workplace. Random House.
Surowiecki, J. (2005). The wisdom of crowds. Anchor.
Talebi, M., Talebi, M., Farkhondeh, T., & Samarghandian, S. (2020). Molecular mechanism-based therapeutic properties of honey. Biomedicine & Pharmacotherapy, 130, 110590.
Yuce, B., Packianather, M. S., Mastrocinque, E., Pham, D. T., & Lambiase, A. (2013). Honey bees inspired optimization method: the bees algorithm. Insects, 4(4), 646-662. 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini