Menghadapi Takdir dengan Ilmu, Rida, dan Sabar
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Sebesar apa pun rasa takut kita terhadap takdir, kenyataannya ia sudah tercatat dan tak bisa dihindari.

Pilihannya tinggal bagaimana kita menghadapi takdir tersebut. Oleh karena itu, hal yang paling penting adalah bersikap benar dalam menghadapinya.

Ada tiga langkah utama yang harus dipersiapkan untuk menghadapi takdir:

– Dengan ilmu
– Dengan rida
– Dengan sabar

Ilmu adalah bekal pertama yang harus dimiliki agar tidak panik saat menghadapi takdir.

Ketakutan sering kali muncul karena kurangnya ilmu. Misalnya, ketika sepeda motor mogok.

Bagi seseorang yang mengerti ilmu mesin, ia akan tenang dan mencari solusinya.

Namun, bagi yang tidak paham, situasi itu bisa menimbulkan kepanikan, terutama jika terjadi di tempat yang sepi.

Kesimpulannya, semakin banyak ilmu—baik tentang agama maupun tentang kehidupan—akan semakin membuat seseorang tenang dan berani dalam menghadapi berbagai takdir.

Rida dan sabar adalah dua sikap yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang ridha dengan ketetapan Allah biasanya lebih mudah bersabar.

Begitu pula sebaliknya, orang yang sabar biasanya lebih mudah menerima dengan rida.

Keduanya ibarat pakaian; seseorang akan terlihat indah jika ia mau mengenakan pakaian tersebut (ridha) dan siap memakainya dalam jangka waktu tertentu (sabar).

Untuk memperkuat sikap ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan doa yang luar biasa kepada umatnya, sebagai permohonan agar segala takdir yang kita hadapi menjadi baik.

Doa Agar Semua Takdir Kita Baik:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَولٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَأَعُوْذُ بِكَ مَنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan, baik yang disegerakan maupun yang ditunda, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang disegerakan maupun yang ditunda, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan yang dimohon oleh hamba dan nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang diminta perlindungan oleh hamba dan nabi-Mu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan segala sesuatu yang mendekatkan kepadanya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala sesuatu yang mendekatkan kepadanya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Aku juga memohon kepada-Mu agar setiap takdir yang Engkau tetapkan untukku selalu membawa kebaikan.” (HR. Ibnu Majah, no. 3846 dan Ahmad, 6:133)

Dengan ilmu, rida, dan sabar sebagai bekal, kita dapat menjalani setiap ketetapan Allah dengan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik atau buruk, adalah bagian dari rencana-Nya yang lebih besar. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini