Al-Qur’an: Antara Keagungan dan Penghinaan
foto: freepik
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Keagungan suatu nilai akan mendorong seorang hamba untuk mengagungkannya, tetapi bagi sebagian orang justru menyebabkan penolakan, bahkan penghinaan.

Al-Qur’an menggambarkan bahwa memuliakan kitab ini akan membawa kemuliaan bagi pengikutnya.

Hal ini dialami oleh para nabi, rasul, dan pengikut mereka yang mendapatkan kebahagiaan serta kemuliaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, banyak yang menentangnya berakhir dalam kehinaan, sebagaimana nasib orang-orang kafir.

Keagungan Al-Qur’an

Al-Qur’an menyatakan bahwa Allah adalah Zat yang agung dan akan memberi keagungan bagi siapa pun yang memuliakan-Nya.

Untuk menyebarkan kemuliaan ini, para nabi dan rasul mengajarkan serta memberi contoh bagaimana mengagungkan Rabb mereka. Al-Qur’an menegaskan hal ini dalam firman-Nya:

صٓ ۚ وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ

“Ṣād, demi Al-Qur’an yang penuh keagungan.” (QS. Ṣād: 1)

Pengagungan terhadap kalam Allah membawa kemuliaan, seperti yang diteladankan oleh para nabi dan rasul terdahulu. Ketika perintah dan larangan-Nya datang, mereka menghormatinya, yang kemudian menghasilkan peradaban tinggi dan perbuatan mulia.

Dengan memuliakan nilai-nilai ketuhanan, mereka berilmu tinggi, dan ilmu tersebut diterapkan dalam perbuatan agung yang menjadi panutan bagi umatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an mengenai Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub:

وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami, Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub yang memiliki kekuatan besar dan ilmu yang tinggi.” (QS. Ṣād: 45)

Para nabi tersebut dimuliakan karena senantiasa mengingat akhirat dan mendorong kaumnya untuk melakukan hal yang sama.

Mengingat kehidupan akhirat menjadi pengendali serta pendorong untuk berbuat baik. Al-Qur’an menarasikan hal ini dalam firman-Nya:

إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ

“Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” (QS. Ṣād: 46)

Kesadaran akan kehidupan akhirat mendorong mereka untuk menjauhi kemaksiatan dan melakukan kebaikan.

Para nabi dan rasul adalah sosok yang selalu berbuat baik dan menebarkan kebaikan, sedangkan mereka yang menentangnya berakhir dalam kehinaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini