*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Dunia ini hanya terdiri dari tiga hari: kemarin, hari ini, dan esok. Hari kemarin telah berlalu bersama segala yang kita perbuat; hari ini adalah waktu yang kita miliki, dan hari esok bisa jadi takkan pernah kita jumpai. Oleh karena itu, gunakan hari ini sebaik-baiknya, termasuk dengan menepati janji dan memberi nasihat kepada sesama.
Sebagai seorang Muslim, kewajiban kita adalah memberi nasihat kepada saudara kita, karena hidayah Allah bisa datang kapan saja kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Nasihat bagaikan menutup cacat pada baju seseorang, sama seperti membantu menutupi kekurangan saudara kita.
Rasulullah saw bersabda: “Aku menyampaikan amanat Rabb-ku, memberikan nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al A’raf: 62).
Siapa yang menutupi aib saudaranya, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.
Selain itu, ciri utama seorang mukmin adalah menepati janji. Menepati janji adalah wujud dari integritas, sifat yang diperoleh melalui keselarasan antara perkataan dan perbuatan.
Janji bukan sekadar ucapan ringan; ia adalah komitmen yang mengikat kita kepada Allah, kepada sesama, dan kepada diri sendiri selama janji itu bukan untuk maksiat. Islam sangat memperhatikan masalah ini dan menekankan pentingnya menepati janji.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mukminun: 8, “Dan orang-orang yang memelihara amanah yang dipikulnya dan janjinya.”
Sayangnya, banyak orang hari ini yang dengan mudah mengobral janji—untuk bertemu, membayar utang, atau memberikan bantuan—namun mengingkarinya. Padahal, besar adzab bagi mereka yang tidak menepati janji.
Firman Allah dalam QS. Ali Imran: 77 menegaskan: “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka adzab yang pedih.”
Mengabaikan janji dan tidak menepati sumpah akan mendapat adzab yang berat dari Allah. Hadits dari Ali bin Abi Thalib menyebutkan, Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa tidak menepati janji seorang Muslim, niscaya ia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan.” (HR. Bukhari Muslim).
Dampak dari janji yang dilanggar tidak hanya dirasakan secara pribadi tetapi juga menimbulkan krisis kepercayaan dalam masyarakat.
Individu atau pemimpin yang tidak menepati janji akan kehilangan kepercayaan orang lain, bahkan kepada diri mereka sendiri.
Ini nyata kita lihat dalam kehidupan berbangsa, ketika sebagian wakil rakyat hingga pemimpin negara kehilangan kepercayaan masyarakat karena janji-janji yang tidak ditepati.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al-Fath: 10:
“Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri.”
Maka, ingatlah bahwa setiap janji adalah amanah dan sekaligus utang. Jika belum dilunasi di dunia, tanggung jawab itu akan dituntut di akhirat.
Tepati janji, karena janji yang ditepati akan mendatangkan keberkahan, menjaga kepercayaan, dan mengantarkan kita pada rida Allah. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News