*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Setiap kata yang keluar dari lisan adalah cerminan hati kita. Rasulullah SAW bersabda,
“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisannya” (HR. Bukhari).
Luka fisik mungkin bisa sembuh, tetapi luka hati akibat perkataan tajam sering kali sulit dilupakan.
Allah SWT memperingatkan dalam QS. Al-Ahzab: 58:
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
Oleh karena itu, berbicaralah dengan kebaikan. Firman Allah dalam QS. Al-Ahzab: 70-71 menegaskan:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.”
Rasulullah saw juga mengingatkan:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)” (HR. Bukhari Muslim).
Dengan menjaga lisan, kita menjaga kehormatan diri sekaligus menjaga hati orang lain dari rasa sakit.
Sikap bijak ini harus dibarengi dengan hati yang lapang untuk memaafkan. Rasulullah saw bersabda:
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikan dirinya” (HR. Muslim 2588).
Memaafkan bukan sekadar kebaikan bagi orang lain, tetapi juga cara untuk memuliakan diri kita sendiri.
Dengan memaafkan, kita tidak hanya meraih ketenangan di dunia, tetapi juga keselamatan di akhirat.
Mari menjaga lisan agar setiap perkataan menjadi doa, dan memaafkan agar hati lebih lapang, sehingga hidup kita penuh keberkahan dan rahmat-Nya. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News