Sekolah-sekolah Muhammadiyah dari tingkat dasar hingga menengah atas didorong untuk berkontribusi dalam upaya melestarikan lingkungan dengan menerapkan kurikulum berbasis perubahan iklim.
Sebanyak 100 peserta, yang terdiri dari kepala sekolah Muhammadiyah dari seluruh Indonesia, menghadiri Lokakarya Kurikulum Perubahan Iklim yang berlangsung di Jakarta pada 20-22 Desember 2024.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikdasmen, bekerja sama dengan Muhammadiyah Climate Center (MCC), Majelis Dikdasmen & PNF PP Muhammadiyah, Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Lembaga Kerjasama dan Hubungan Internasional PP Muhammadiyah, serta UNICEF.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas, dalam sambutannya menekankan pentingnya tanggung jawab kolektif untuk menjaga lingkungan, mengingat umat Islam diberi amanah sebagai khalifatullah (pemimpin) di muka bumi.
“Muhammadiyah ingin mengangkat isu perubahan iklim sebagai tanggung jawab bersama umat manusia, sekaligus sebagai tugas kita sebagai muslim untuk merawat lingkungan dan menciptakan kesejahteraan di bumi,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Muhammadiyah Climate Center (MCC), Agus Djamil, menambahkan bahwa MCC siap bekerja sama dengan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal Muhammadiyah, guna membangun sistem pendidikan yang tanggap terhadap tantangan perubahan iklim.
Selain itu, Direktur Pendidikan Kebudayaan dan Teknologi MCC, R. Alpha Amirrachman, menjelaskan bahwa lokakarya ini bertujuan meningkatkan pemahaman siswa dan guru terkait isu perubahan iklim.
“Seminar dan lokakarya ini dirancang untuk mengintegrasikan pendidikan perubahan iklim dalam kurikulum berbasis Al-Islam, Kemuhammadiyahan, dan keberlanjutan. Dengan ini, generasi Muhammadiyah diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang peduli lingkungan dengan wawasan global terhadap tantangan iklim,” ungkapnya.
Kegiatan ini merupakan langkah nyata Muhammadiyah dalam menggalang kolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran perubahan iklim dan memasukkannya ke dalam kurikulum, demi membentuk generasi yang peduli terhadap lingkungan.
Peserta lokakarya diharapkan dapat menghasilkan Pemetaan Awal Kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan perubahan iklim serta menyusun rencana tindak lanjut di sekolah atau madrasah masing-masing.
Acara ini turut dihadiri oleh mitra seperti Save the Children, INOVASI, SMERU Institute, UNICEF, serta Departemen Luar Negeri dan Perdagangan dari Kedutaan Besar Australia. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News