Judul di atas adalah judul buku yang ditulis oleh Anwar Hudijono, jurnalis senior, yang diterbitkan oleh UMM Press pada Januari 2025, alias masih gres bin kinyis-kinyis.
Bukan sekali ini saja Anwar menulis tentang Muhammadiyah. Sebelumnya, ia menulis buku Darah Guru Darah Muhammadiyah: Perjalanan Hidup A. Malik Fadjar, yang ditulis bersama Anshary Thayib. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Kompas pada 2006, kemudian diterbitkan ulang oleh UMM Press.
Anwar, yang merupakan wartawan Kompas (1984–2012) dan Pemimpin Redaksi Harian Surya (2003–2004), banyak menulis tentang Muhammadiyah. Sebagian artikelnya yang dimuat di berbagai media massa dimasukkan dalam buku ini.
Buku ini memang merupakan kumpulan tulisannya, baik yang sudah dipublikasikan maupun yang belum. Anwar menyebut buku ke-8 ini sebagai karya jurnalistik.
Acap kali, dalam situasi kritis, Tuhan selalu mengulurkan tangan-Nya untuk menolong Muhammadiyah. Hingga akhirnya, organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada era kolonialisme tahun 1912 ini bisa tetap eksis hingga sekarang.
Kini, Muhammadiyah konon menjadi organisasi Islam terkaya di dunia. Memiliki anggota dan simpatisan sekitar 40 juta yang tersebar di seluruh Indonesia dan sejumlah negara, umumnya dari kalangan kelas menengah terdidik. Muhammadiyah memiliki resonansi yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat.
Organisasi ini memiliki aset berupa 172 perguruan tinggi, 5.345 sekolah/madrasah, 122 rumah sakit, 231 klinik, harta wakaf di 20.465 lokasi, serta tanah seluas 214.742.677 meter persegi. Total aset diperkirakan mencapai sekitar Rp 400 triliun.
Aset-aset tersebut digunakan untuk melayani masyarakat dari strata paling dhuafa hingga kelas atas tanpa membeda-bedakan agama, etnis, ras, gender, dan lain-lain. Semua itu didukung oleh sistem manajemen modern.
KH AR Fakhruddin
Di antara kasih sayang Tuhan adalah memberi Muhammadiyah pemimpin yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Pada era Orde Baru yang otoriter dan diktatorial, Tuhan memberi Muhammadiyah KH AR Fakhruddin, seorang pemimpin yang arif dan bijaksana.
Pak AR bisa nyurteni dan ngemong Pak Harto. Dengan pola kepemimpinan Pak AR, Muhammadiyah selamat dari kooptasi kekuasaan, tetapi juga tidak menjadi musuh penguasa. Muhammadiyah tetap eksis.
Tatkala masyarakat membutuhkan pemimpin yang berani melawan kekuasaan yang sudah melampaui batas, Tuhan mentakdirkan Amien Rais untuk memimpin Muhammadiyah. Tak pelak, Muhammadiyah pun menjadi lokomotif reformasi yang berujung pada lengsernya Presiden Soeharto.
Tatkala akal sehat nyaris lumpuh oleh bahana kebohongan. Tatkala idealisme hampir tersingkirkan oleh pragmatisme. Tatkala karut-marut politik nyaris mengoyak Muhammadiyah, lagi-lagi Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong Muhammadiyah dengan mentakdirkan Prof. Haedar Nashir sebagai Ketua Umum.
Haedar mampu membiaskan cahaya Muhammadiyah di tengah kehidupan bangsa yang temaram. Di tengah badai politik yang melanda, Haedar ibarat pohon ara di tengah prahara.
Tuhan juga mengulurkan kasih sayang-Nya saat Muhammadiyah dilanda krisis, entah itu krisis faksional, krisis politik, maupun krisis generasional.
Pada dekade 1980-an, Muhammadiyah sempat dicekam konflik generasional yang nyaris merobek organisasi itu. Namun, semuanya berakhir dengan mulus dan elegan.
Anwar mengingatkan bahwa kasih sayang Tuhan ini juga merupakan ujian dan tanggung jawab. Salah satu contohnya adalah kekayaan yang besar. Nabi Muhammad dawuh bahwa ujian umatnya adalah harta. Kekayaan sebagai wujud kasih sayang Tuhan harus dijaga amanahnya, di tengah gejala menipisnya keikhlasan, merebaknya pragmatisme, dan meningkatnya transaksionalisme. (*/wh)