Sebagai bagian dari upaya memperkuat nilai-nilai religius sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan kegiatan iktikaf akbar pada 22-23 Maret 2025.
Acara ini berhasil menarik partisipasi ribuan dosen dan pegawai UMM yang dengan antusias mengikuti rangkaian agenda yang telah disusun dengan matang. Berbagai kegiatan seperti kajian keislaman, buka puasa bersama, iktikaf di Masjid AR Fachruddin, sahur bersama, serta sesi refleksi spiritual menjadi bagian dari acara tersebut.
Untuk menambah bobot keilmuan dalam iktikaf ini, panitia menghadirkan sejumlah narasumber yang ahli di bidangnya. Dengan demikian, para peserta tidak hanya memperoleh pengalaman spiritual yang mendalam tetapi juga mendapatkan wawasan baru terkait ajaran Islam berkemajuan yang diusung oleh Muhammadiyah.
Dalam sambutannya, Rektor UMM, Prof. Nazaruddin Malik menekankan pentingnya memanfaatkan momentum akhir Ramadan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ia menyatakan bahwa upaya ini tidak hanya bersifat ritual tetapi juga memiliki dampak sosial yang signifikan.
Menurutnya, keunggulan institusi pendidikan seperti UMM tidak hanya terletak pada fasilitas fisik, tetapi juga pada nilai-nilai yang tertanam dalam komunitas akademiknya.

“Mari kita jadikan forum ini sebagai momen refleksi dan evaluasi terhadap penerapan Islam berkemajuan yang diusung oleh Muhammadiyah. Dari sini kita bisa memperoleh energi positif yang tidak hanya terlihat dalam pembangunan fisik seperti gedung-gedung, tetapi juga tercermin dalam kualitas lulusan UMM setelah mereka menyelesaikan studi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Nazaruddin juga menyoroti pentingnya keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) yang menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Dia meyakini bahwa Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai social enterprise yang berorientasi pada kemaslahatan umat.
Kata dia, jika seluruh anggota Muhammadiyah ikhlas dalam berkhidmat dan menyebarkan kebaikan, maka hal ini dapat berkontribusi pada peningkatan taraf hidup masyarakat serta mendorong Indonesia menuju kategori negara dengan pendapatan tinggi.
“Periode 2025-2030 akan menjadi fase krusial bagi Indonesia dalam mencapai visi 2045 sebagai negara maju. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus diperkuat agar kita bisa mencetak generasi baru yang tidak hanya memiliki keimanan yang kuat tetapi juga semangat belajar yang tinggi. Dengan demikian, ketika dihadapkan pada berbagai tantangan, masyarakat tidak hanya sekadar berkomentar tanpa solusi, melainkan turut aktif menciptakan jalan keluar yang konkret,” tegasnya.
Iktikaf akbar ini menghadirkan sejumlah pemateri kompeten, di antaranya Ketua PWM Jatim Dr. Tafsir, Ketua STIQSI Lamongan Dr. Piet Hizbullah, Sekretaris PWA Jatim Dr. Nur Mukarromah, serta akademisi seperti Dr. Achmad Zuhdi dan Dr. Mursyidah. Mereka menyampaikan berbagai perspektif yang memperkaya pemahaman peserta tentang konsep Islam berkemajuan yang selama ini menjadi identitas Muhammadiyah.
Piet Hizbullah, dalam pemaparannya, menjelaskan bahwa terdapat tiga prinsip utama yang harus dijadikan pegangan dalam menjalankan amanah di Muhammadiyah. Prinsip pertama adalah keikhlasan dalam berkhidmat, yang berarti setiap individu harus memiliki niat yang tulus dalam mengabdikan diri kepada organisasi ini.
Prinsip kedua adalah kesadaran bahwa Muhammadiyah merupakan wadah perjuangan, bukan sekadar institusi formal semata. Prinsip ketiga adalah kesediaan untuk mencurahkan pemikiran dan tenaga demi kemajuan persyarikatan dan umat.

Dia juga menekankan lima nilai utama dalam konsep Islam berkemajuan, yaitu:
- Tauhid yang murni sebagai landasan utama.
- Pemahaman Al-Qur’an dan Sunnah yang mendalam.
- Menghidupkan ijtihad dan tajdid dalam berbagai aspek kehidupan.
- Menjunjung tinggi sikap wasatiyah (moderat) dalam berpikir dan bertindak.
- Membawa rahmat bagi seluruh alam.
Dengan menginternalisasi nilai-nilai ini, diharapkan Muhammadiyah dapat terus menjadi gerakan yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat, tidak hanya di bidang pendidikan tetapi juga dalam aspek sosial dan ekonomi.
Melalui iktikaf akbar ini, UMM kembali menegaskan komitmennya dalam membangun atmosfer akademik yang tidak hanya unggul dalam aspek intelektual tetapi juga kuat dalam spiritualitas.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa integrasi antara pendidikan, nilai-nilai keislaman, dan penguatan SDM merupakan faktor kunci dalam mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan zaman.
Diharapkan, semangat yang diperoleh dari iktikaf ini dapat terus menginspirasi para dosen dan pegawai UMM untuk semakin berkontribusi dalam mewujudkan cita-cita besar Muhammadiyah dan bangsa Indonesia. (*/wh)