UM Surabaya

Majelistabligh.id – Seorang yang telah bersyahadat, yakni bersaksi tentang Allah SWT maupun tentang Rasulullah Muhammad SAW, maka ada kewajiban baginya untuk menaati Allah SWT dan Rasul-Nya.

Perintah ketaatan itu seperti yang terdapat dalam Al quran surat An Nisa’.

*يأيها الذين آمنوا اطيعوا الله واطيعوا الرسول وأولى الآمر منكم النساء : ٥٩*

Artinya: “Hai orang orang yang beriman taatilah Allah SWT dan taatilah Rasul Muhammad SAW dan ulil amri di antara kamu sekalian”.

Ketaatan bagi mereka yang telah bersyahadat itu bukan semata mengikuti hukum kauniyah-Nya. Tapi harus juga mengikuti hukum syar’iyah-Nya.

Dimana hukum kauniyah itu adalah hukum yang Allah SWT tetapkan di dalam alam ini. Semisal, dulu kita lahir berwujud bayi. Lalu beranjak balita, remaja, dewasa, tua dan kemudian mati. Nah, itulah hukum kauniyah Allah SWT.

Sedangkan hukum syar’iyah adalah hukum Allah SWT yang meliputi hukum aqidah, ibadah, muamalat dan hukum pidana maupun perdata.

Nah, ketaatan kepada Allah SWT dan ketaatan kepada Rasul Muhammad SAW adalah mutlak. Sementara ketaatan kita kepada ulil amri adalah ketaatan yang bersyarat. Yakni, jika ulil amri itu tidak melanggar hukum Allah SWT dan Rasul-Nya.

Pun demikian dengan ketaatan anak kepada orang tua, ketaatan murid kepada guru, ketaatan mahasiswa kepada dosen, dan ketaatan santri kepada kiyai, semuanya itu ketaatan yang bersyarat.

Sebab, ketaatan yang mutlak kepada ulil amri dan lainnya itu dikhawatirkan bisa mengarah pada kultus individu. Hal itu tentu membahayakan arah gerak dan langka seseorang karena di dalam individu itu seseorang berpotensi bisa salah. Juga punya potensi kemungkinan benar tentunya.

Peringatan untuk tidak taat mutlak kepada ulil amri itu sebagaimana terdapat dalam Al Quran Surat al-Ahzab ayat 66 yang artinya: “Pada hari ketika itu wajah mereka dibolak-balik di neraka, mereka berkata, “Wahai kiranya dahulu kami taat Allah SWT dan taat Rasulullah”.

Juga terdapat dalam Al quran surat al-Ahzab ayat 66 dan 67 yang artinya: “Dan mereka berkata ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami (dari jalan yang benar).

“Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar” (al-Ahzab : 68).

Baca Juga : Toleransi Hubungan Sosial Umat Beragama

Tafsir Al quran Surat al-Ahzab ayat 66 sampai 68 ini, mejelaskan tentang keadaan orang yang menyesal di akhirat nanti akibat ketaatan yang mutlak kepada para pemimpin dan pembesar mereka. Wallohu’alam.

Penulis: Ustad Nadjih Ihsan, Wakil Ketua MT PWM Jatim.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini