Lahirnya Gerakan Pembaruan Islam di Indonesia yang Wajib Diketahui
UM Surabaya

*) Oleh: Roudlon Fauzani MP.d,
Jurnalis Senior dan Pemerhati Sejarah

Belajarlah pada sejarah, maka kita tidak akan pernah jatuh pada lubang yang sama. Pernyataan ini memang benar adanya. Karena kita sendiri sebagai umat Islam sebenarnya sudah ditunjukkan pelajaran itu secara langsung oleh Allah SWT, tapi masih banyak yang belum menyadari.

Pelajaran itu ada di Alquran. Bukankah Alquran yang kita baca berisi 30 juz, dan dari 30 juz itu, sebagian besar kontennya bukan soal ibadah atau soal hukum syar’i, tetapi juga tentang sejarah? Mulai sejarah Nabi Adam As, Nabi Nuh, hingga Nabi Musa As.

Benarkah? Coba dibaca ulang. Nah, ini artinya Allah SWT sebenarnya mengingatkan kita betapa pentingnya belajar sejarah. Bahkan sejarah mencatat, banyak negara hancur setelah mencoba melupakan sejarah. Lihatlah Turki yang dulu jadi negara super power dunia di bawah payung Turki Utsmani.

Mari kita giat belajar sejarah. Misalnya, sejarah gerakan pembaruan Islam di Indonesia ini. Biar kita tahu alur gerakannya dari awal sehingga kita bisa memetakan dengan benar dan tidak salah paham. Termasuk sejarah Muhammadiyah?

Hakikat Muhammadiyah itu apa? Mengapa harus lahir dan berdiri? Ini hanya sebagian kecil dari potongan sejarah. Kita turunkan potongan-potongan tulisan ini dan harapan saya nanti menyingkap tabir, menjadi puzzle, menjawab pertanyaan besar yang selama ini menjadi misteri. Paling tidak, kita akan tahu sejatinya gerakan pembaruan Islam di Tanah Air?

Sekadar diketahui, gerakan tajdid atau gerakan modernisasi atau gerakan pembaruan dalam Islam itu muncul sebagai bentuk respons dunia Islam atas keterpurukan akibat penjajahan bangsa barat.

Dan apa yang terjadi di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari keterbelakangan dunia Islam pada umumnya. Di mana, Indonesia sebagai wilayah mayoritas muslim mengalami nasib sama: dijajah bangsa Barat.

Apalagi sejak Daulah Turki Utsmani sebagai benteng terakhir umat Islam dunia kalah dalam perang dunia pertama, 1918 M, wilayah-wilayah Islam semakin tidak berdaya bak jadi kue rebutan jajahan negara-negara Barat.

Hampir semua wilayah Islam dijajah bangsa Barat. Mulai wilayah paling barat benua Afrika, yakni Maroko, hingga wilayah timur seperti Indonesia.

Sesuai referensi yang ada, wilayah Maroko, Aljazaer, Tunisia, Libya, Libanon, dan Suriah dijajah Perancis. Sementara Mesir, Jazirah Arab, Yaman, Irak, Iran, Afghanistan, India, bahkan Malaka, dan Brunei dijajah Inggris.

Sedang Kaukasia, Armenia, Turkmenistan, Tajikistan, Kazastan, dan lain-lain menjadi jajahan Uni Sovyet (Rusia). Ada pun wilayah Malaka dijajah Portugis dan Inggris, dan Indonesia dijajah Belanda.

Itulah gambaran nasib dunia Islam, kala itu. Dan praktik penjajahan tersebut bukan hanya terjadi satu-dua tahun, tetapi berlangsung hingga ratusan tahun lamanya.

Indonesia sendiri dijajah hingga 350 tahun oleh Belanda. Selama ratusan tahun itu, wilayah Islam terpuruk akibat invasi politik, kultural, dan intelektual dunia Barat, bahkan agama.

Apalagi, mereka dalam menjajah memiliki semboyan 3 G, yakni Gold, Glory, dan Gospel. Akibatnya, dunia Islam bukan hanya dikuras kekayaannya, tetapi juga dikuasai secara politik dan intelektual tanpa daya.

Tak hanya itu, umat Islam juga sengaja dijauhkan dari ajaran Islam yang benar oleh penjajah dengan menyuburkan praktik-praktik tahayul, khurafat, berbau kemusyrikan.

Sehingga orang Islam menjadi lebih senang pergi ke dukun, datang ke tempat-tempat keramat seperti pohon dan sejenisnya untuk bisa cepat mendapatkan kenikmatan dunia daripada datang ke masjid menjalankan ajaran Islam dengan benar.

Inilah yang membuat dunia Islam semakin sulit maju. Hal itu memang sengaja diciptakan negara penjajah. Menjadikan wilayah jajahannya menjadi bangsa tidak berdaya, bodoh, dan miskin.

Sehingga bisa semakin diperdayai untuk bisa melanggengkan jajahannya hingga ratusan tahun lamanya. Itu juga yang dialami bangsa Indonesia hingga 350 tahun.

Akibatnya, kehadiran penjajah benar-benar telah menumbuhkan penyakit akut di masyarakat. Bukan hanya bidang sosial dan politik, tapi juga perilaku keagamaan dan pemikiran di dunia Islam.

Bahkan, umat Islam menjadi jauh dari ajaran sesungguhnya berlandaskan Alquran dan Sunah, malah lebih suka dengan praktik-praktik klenik, tahayul, dan khurafat yang menjurus kepada kemusyrikan.

Dan itu berlangsung cukup lama, hingga ratusan tahun lamanya. Tentu itu bisa dibayangkan kondisi umat Islam yang memprihatinkan, kala itu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini