Bersungguh-Sungguh dalam Beribadah

Bersungguh-Sungguh dalam Beribadah

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“How wonderful it would be if every job made us think of God. Then every second is a continuous worship.”

(Alangkah indahnya jika setiap pekerjaan membuat kita teringat kepada Allâh Swt. Maka setiap detik adalah ibadah yang tak putus-putus)”

Sebagai seorang muslim, Nabi Muhammad Saw patut kita teladani yang senantiasa menjalani kehidupan ini dengan serius dan sungguh-sungguh, tanpa pernah bermain-main, terutama dalam urusan ibadah. Allâh Swt berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(QS. Al-Ahzab : 21)

Dalam urusan ibadah, kita patut meneladani Nabi Muhammad saw karena beliau paling banyak melakukannya.

Rasulullah tidak pernah meninggalkan salat malam, bahkan hingga kakinya sering bengkak-bengkak karena lamanya berdiri ketika salat.

Nabi Muhammad saw adalah orang yang paling banyak berpuasa, bahkan puasa wishal, karena begitu seringnya beliau tidak menjumpai makanan di rumahnya.

Nabi juga adalah orang yang paling banyak bertobat, tidak kurang dari 100 kali dalam sehari. Padahal beliau adalah orang yang ma’shum (terpelihara dari dosa) dan dijaminkan masuk surga.

Semua itu menunjukkan bahwa Rasulullah Saw adalah pribadi yang senantiasa serius, tidak pernah bermain-main dan beliau bersungguh-sungguh dalam urusan ibadah.

Itulah sedikit gambaran keseriusan dan kesungguhan bagaimana Rasulullah saw dalam menjalani kehidupannya.

Kemudian pertanyaannya, Bagaimana dengan kita?

Nabi Muhammad Saw adalah pribadi yang Agung, sebelum beliau wafat yang diingat dan diucapkan adalah (“ummati, ummati, ummati”.)

Umatku sampai 3 kali hal ini menunjukkan begitu cintanya Rasulullah Saw kepada ummatnya.

Dan beliau berwasiat diakhir hidupnya, agar kita tidak tersesat selama-lamanya hendaklah berpegang teguh kepada dua hal yaitu Al Quran dan sunnah-Nya.

Dalam menjalankan ibadah tentunya kita harus mengikuti petunjuk yang ada di dalam Al Quran dan As-sunnah. Sebagai manusia biasa, meskipun tidak sehebat Rasulullah saw dalam beribadah, kita harus terus-menerus meng-upgrade ibadah kita sehari-hari agar semakin berkualitas.

Jika kita evaluasi dengan sungguh-sungguh kualitas ibadah kita pada saat sekarang ini, menunjukkan tanda-tanda semakin menurun, indikator tersebut bisa kita lihat di bawah ini:

1. Dalam beribadah semakin jauh dari apa yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”(HR. Muslim No. 1718)

2. Dalam beribadah harus mengikuti petunjuk. Dari Malik bin Al-Huwairits, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda,
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي»، رَوَاهُ البُخَارِيُّ.

“Salatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari No. 628 dan Ahmad, 34:157-158)

Padahal syarat diterimanya ibadah adalah niat ikhlas karena Allâh SWT dan mengikuti petunjuk Rasulullah saw.

Hal di atas jika tidak segera kita sadari dan evaluasi kedepan bisa mendegradasi kualitas ibadah kita.

Khusus Perintah menjalankan puasa wishal. Rasulullah Saw melarang sahabat berpuasa wishal sebagai bentuk kasih sayang kepada mereka.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: نَهَى رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ اَلْوِصَالِ, فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اَلْمُسْلِمِينَ: فَإِنَّكَ يَا رَسُولَ اَللَّهِ تُوَاصِلُ? قَالَ: ” وَأَيُّكُمْ مِثْلِي? إِنِّي أَبِيتُ يُطْعِمُنِي رَبِّي وَيَسْقِينِي “. فَلَمَّا أَبَوْا أَنْ يَنْتَهُوا عَنِ اَلْوِصَالِ وَاصَلَ بِهِمْ يَوْمًا, ثُمَّ يَوْمًا, ثُمَّ رَأَوُا اَلْهِلَالَ, فَقَالَ: ” لَوْ تَأَخَّرَ اَلْهِلَالُ لَزِدْتُكُمْ ” كَالْمُنَكِّلِ لَهُمْ حِينَ أَبَوْا أَنْ يَنْتَهُوا – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah saw melarang dari puasa wishal. Ada seorang muslim yang menyanggah Rasul, “Sesungguhnya engkau sendiri melakukan puasa wishal?” Rasul pun memberikan jawaban, “Siapa yang semisal denganku? Sesungguhnya aku di malam hari diberi makan dan minum oleh Rabbku.” Lantaran mereka tidak mau berhenti dari puasa wishal, Nabi berpuasa wishal bersama mereka kemudian hari berikutnya lagi. Lalu mereka melihat hilal, beliau pun berkata, “Seandainya hilal itu tertunda, aku akan menyuruh kalian menambah puasa wishal lagi.” Maksud beliau menyuruh mereka berpuasa wishal terus sebagai bentuk hukuman bagi mereka karena enggan berhenti dari puasa wishal.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 1965 dan Muslim no. 1103)

Makna hadis di atas bahwa puasa wishal (puasa terus menerus) adalah khusus bagi Nabi Muhammad saw bukan untuk umatnya.

Dalam urusan puasa wishal ini, Rasulullah saw mempunyai kekhususan tersendiri, di mana beliau diberi fasilitas khusus yang tidak diberikan kepada umatnya.

Sehingga beliau secara pribadi berpuasa wishal. Begitu juga perintah menjalankan salat malam setiap hari adalah khusus bagi Nabi Muhammad saw.

Agar kita menjadi hamba Allâh yang pandai berdzikir, bersyukur dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita agar membaca doa berikut:

وَعَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَخَذَ بِيَدِهِ ، وَقَالَ 🙁 يَا مُعَاذُ ، وَاللهِ إنِّي لَأُحِبُّكَ ) فَقَالَ : ( أُوصِيْكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ في دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُوْلُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ )

“Dari Mu’adz, bahwa Rasulullah saw memegang tangannya dan beliau berkata, “Wahai Mu’adz, demi Allah, aku mencintaimu.” Lalu beliau berkata, “Aku wasiatkan kepadamu, wahai Mu’adz, janganlah engkau sekali-kali meninggalkan doa ini di akhir setiap salat, ‘Alloohumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik (Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu).’’ (HR. Abu Daud No. 1522; An-Nasa’i No. 1304)

Mudahan-mudahan dengan apa yang sudah Rasulullah saw contohkan semakin memotivasi diri kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *