Cobaan Itu Titipan, Kesabaran Itu Jalan

Cobaan Itu Titipan, Kesabaran Itu Jalan
*) Oleh : Ferry Is Mirza DM

Mari kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala dengan ketawaan yang sebenar- benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dan Rasulallah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam serta menjauhi apa yang dilarang.

Hidup kadang kala bahagia, kadang kala mendapat musibah. Di kala kita berada di puncak kesuksesan, kita akan mudah dan bahagia menjalankannya. Ibarat gula, banyak semut yang datang. Diri kita akan disanjung- sanjung banyak orang. Banyak yang ingin mendekat dengan kita.

Segala kebutuhan dan keinginan fisik kita akan mudah terpenuhi. Mau makan enak dan lezat, bisa. Mau bepergian ke tempat tempat destinasi mewah, bisa. Mau apa pun kita bisa lakukan. Kita pastinya ingin hidup seribu tahun.

Namun, bagaimana jika kita tengah mendapatkan ujian? Ujian musibah, ujian penyakit hingga kekurangan harta?
Hidup bagaikan roda yang terus menggelinding dari atas ke bawah, dari bawah ke atas.

Tidak ada sanjungan dari orang. Orang-orang yang dahulu dekat, kini satu persatu menjauh. Kekayaan yang sebelumnya kita mudah dapat, kini sangat sulit. Tidak ada lagi kemewahan, yang ada malah kesengsaraan dan kelaparan.

Pada posisi ini, terkadang kebanyakan dari kita mengeluh. Tiada hari tanpa berkeluh kesah. Kebanyakan dari kita memaki keadaan. Padahal, pada kondisi ini jiwa kita tengah diuji.

Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah- buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang- orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”

“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah : 155-157)

Surah ini seharusnya menjadi dasar kita dalam menjalani hidup. Ketahuilah sabar akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian.

Harta yang kita miliki, karir yang bagus, rumah dan mobil mewah yang kita miliki, anak dan keluarga, itu semua adalah ujian dari Allah dan titipan Allah. Apakah kita bersyukur atau menjadi kufur ?

Kita harus memahami dengan sebaik-baiknya bahwa Allah Subhanallahu Wa Ta’ala pemilik yang sebenar-benarnya atas segala sesuatu apapun yang kita miliki di dunia ini.

Dengan kesadaran itu, maka Insya Allah kita akan lebih mudah menjalani hidup. Karena kita menyadari, bahwa semua itu adalah milik Allah dan titipan Allah.

Dan yang namanya titipan, suatu saat nanti pasti akan kembali pada pemiliknya, kapan pun pemiliknya menghendaki apa yang dititipkan kembali atau mau mengambilnya dari kita. Maka kita harus dengan rela memberikannya.

Inilah makna dari hidup ikhlas. Ikhlas dalam menjalani kehidupan yang penuh kebahagiaan dan kekayaan.
Ikhlas pula tatkala kita tengah mendapatkan ujian hidup sengsara dan miskin harta. Jalanilah kesusahan sebagai pengalaman pertama.

Jalani kegagalan sebagaimana itu sebagai pengalaman pertama hidup kita. Ketahuilah dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya.

Seperti Sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:

“Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi)

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa orang muslim, baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dalam keadaan telah bersih dari dosa”. (HR. Tirmidzi)

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari Muslim)

Kita harus rela menerima segala ketentuan Allah dan menyadari bahwa apapun yang terjadi, sudah ditetapkan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dalam Lauhul Mahfuzh. Kita wajib menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan.

Allah Subhanallahu Wa Ta,’ala berfirman: “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. al-Hadid : 22)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *