Dalam perjalanan panjang Majelis Tabligh (MT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, banyak kisah menarik yang menjadi bagian dari sejarah mereka. Kisah-kisah ini bukan sekadar catatan perjalanan, tetapi juga menjadi gambaran eratnya persaudaraan dan semangat kebersamaan dalam berdakwah.
Salah satu kisah yang hingga kini masih dikenang adalah cerita tentang “Duren Anyep”—sebuah kejadian yang bukan hanya mengundang tawa, tetapi juga mempererat hubungan para anggota MT.
Kala itu, rombongan MT diundang ke rumah Dr. Syamsul Ma’arif untuk sebuah jamuan makan. Acara ini menjadi momentum penting, mengingat ini adalah pertemuan perdana setelah mereka dilantik.
Sebagai tuan rumah yang baik, beliau menyambut tamu-tamunya dengan hidangan yang istimewa. Setelah hidangan utama, tibalah saat yang paling dinanti: menikmati durian.
Durian yang dihidangkan bukan sembarang durian. Itu adalah durian pilihan dengan kualitas terbaik, yang dikenal mahal dan memiliki cita rasa unggulan. Harapannya, hidangan ini akan memberikan kepuasan tersendiri bagi para tamu.
Di antara para anggota MT yang hadir, Hairul Warizin alias KW adalah salah satu yang paling antusias menyambut sajian durian ini. Dengan penuh semangat, ia mengambil dan mencicipinya. Namun, ketika seseorang bertanya bagaimana rasanya, KW dengan santai menjawab, “Durennya anyep semua.”
Ucapan KW sontak mengejutkan tuan rumah. Bagaimana mungkin durian yang telah dipilih dengan teliti dan berharga mahal bisa terasa anyep?
Ekspresi kecewa sempat terlihat di wajah Yai Syamsul. Namun, sebelum suasana menjadi tegang, KW menambahkan dengan santai, “Alasannya ya karena duriannya kurang. Saya ingin yang lain biar nggak kebagian.”
Seketika, ruangan yang semula hening meledak oleh gelak tawa. Semua anggota MT tak bisa menahan tawa mendengar alasan KW yang khas dan penuh kelakar.
Tuan rumah yang semula kecewa pun akhirnya ikut tertawa, menyadari bahwa komentar KW hanyalah candaan khas yang mencerminkan keakraban di antara mereka.
Sejak kejadian itu, KW semakin dikenal sebagai sosok yang mampu mencairkan suasana. Setiap kali ada pertemuan, kehadiran KW selalu dinanti. Ia bukan hanya sekadar anggota MT, tetapi juga menjadi ikon dalam setiap pertemuan. Komentarnya yang jenaka kerap kali menghidupkan suasana dan menguatkan kebersamaan di antara para anggota.
Namun, di balik kelakar yang sering muncul, ada satu hal yang lebih penting: kebersamaan yang erat di antara anggota MT. Mereka tidak hanya berkumpul untuk berbincang dan bercanda, tetapi juga memiliki tujuan yang lebih besar—menyebarkan dakwah dan nilai-nilai Islam di berbagai penjuru Jawa Timur.
Kebersamaan yang mereka jalin bukan sekadar hubungan formal dalam organisasi, melainkan persaudaraan yang dilandasi oleh keikhlasan dalam berjuang.
Kisah “Duren Anyep” hanyalah satu dari sekian banyak cerita yang menggambarkan kehangatan dalam komunitas MT Muhammadiyah. Mereka selalu siap berbagi cerita, berbagi tawa, dan tentu saja berbagi makanan.
Bahkan dalam situasi yang seharusnya serius, selalu ada celah untuk menghadirkan keceriaan yang membuat suasana lebih hidup.
Namun, lebih dari sekadar humor, kebersamaan dalam MT Muhammadiyah juga menjadi bukti bahwa hubungan yang erat dapat menjadi sarana efektif dalam menggerakkan dakwah.
Dengan semangat kebersamaan, mereka mampu menjangkau lebih banyak masyarakat dan menyebarkan ajaran Islam dengan lebih mudah.
Kehadiran mereka di berbagai tempat tidak hanya membawa ilmu dan dakwah, tetapi juga menghadirkan suasana yang penuh kehangatan dan kekeluargaan.
Bagi para anggota MT, menjadi bagian dari komunitas ini bukan hanya tentang menghadiri pengajian atau mendengarkan ceramah. Ini adalah tentang merasakan kebersamaan yang sesungguhnya—di mana setiap individu dihargai dan setiap momen menjadi berharga.
Tak heran jika mereka dengan bangga mengaku sebagai bagian dari MT PWM, karena di sanalah mereka menemukan keluarga kedua yang selalu menyambut dengan tangan terbuka.
Seiring berjalannya waktu, kisah “Duren Anyep” tetap menjadi bagian dari sejarah perjalanan MT PWM. Cerita ini terus diceritakan kepada anggota baru sebagai salah satu bentuk warisan humor dan kebersamaan yang tidak lekang oleh waktu.
Ini bukan hanya tentang durian, bukan hanya tentang KW, tetapi tentang bagaimana kebersamaan yang tulus dapat menciptakan kenangan indah yang selalu dikenang.
Melalui kisah ini, kita belajar bahwa dalam setiap perjalanan hidup, kebersamaan adalah hal yang paling berharga. Tak peduli seberapa mahal atau istimewanya sesuatu, kebersamaan dan canda tawa bersama sahabatlah yang membuat segalanya menjadi lebih bermakna. Dan itulah yang selalu dijaga oleh MT Muhammadiyah dalam setiap langkah dakwahnya. (slamet muliono redjosari)
Surabaya, 10 Maret 2025