Forum Diskusi Advokasi Lingkungan, Kolaborasi Agama dan Lintas Sektor di Sawahlunto

Forum Diskusi Advokasi Lingkungan, Kolaborasi Agama dan Lintas Sektor di Sawahlunto

Eco Bhinneka Muhammadiyah, bekerja sama dengan GreenFaith dan Oxford Policy Management Limited (OPML), bersama Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Sawahlunto, menggelar forum diskusi mengenai kerja-kerja advokasi untuk mitigasi dan pengelolaan risiko lingkungan, Ahad (23/2/2025).

Kegiatan ini dihadiri oleh 41 peserta, termasuk tokoh agama, adat, perempuan, kelompok berkebutuhan khusus, serta pemangku kepentingan lainnya. Forum ini bertujuan menggali kolaborasi lintas sektor untuk bersama-sama mengelola risiko lingkungan dan dampak kerusakan yang dapat merugikan generasi mendatang.

Sawahlunto, yang dikenal sebagai kota wisata tambang dengan sejarah panjang sebagai kota penambangan batu bara pada era Hindia Belanda, kini berkembang menjadi kota wisata multi-etnik dan telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO sejak 2019. Kota ini menjadi tempat yang tepat untuk membahas keberlanjutan lingkungan di tengah ancaman perubahan iklim, seperti bencana longsor dan banjir yang pernah terjadi di wilayah tersebut.

Asrul, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sawahlunto, mengungkapkan bahwa Muhammadiyah berkomitmen untuk aktif dalam pengelolaan lingkungan demi memastikan keberlanjutan sumber daya alam dan kualitas hidup yang lebih baik.

“Kami ingin memastikan bencana lingkungan ini tidak terulang dan tidak mengorbankan masyarakat,” ujarnya.

Hening Parlan, Advisor Eco Bhinneka Muhammadiyah, menjelaskan bahwa forum ini merupakan bagian dari program kolaborasi antara organisasi keagamaan, lintas iman, dan lembaga terkait, yang juga melibatkan Kementerian PPN/Bappenas dan FCDO Inggris. Adapun programnya berupa Pembangunan Rendah Karbon Indonesia (Low Carbon Development Initiative/ LCDI) Fase 2.

Diskusi sendiri diadakan utamanya adalah untuk mendengar pandangan berbagai pihak mengenai pembangunan lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan.

“Pada forum ini, kita akan mendengarkan pandangan lintas agama, kelompok adat, perempuan, dan penyandang disabilitas terkait pembangunan lingkungan. Rangkuman dari kegiatan ini akan disampaikan kepada pemerintah, dengan tujuan untuk memberikan rekomendasi terkait pembangunan lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan,” ucap Hening.

Irzam, Asisten I Pemerintahan Kota Sawahlunto, menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan forum ini dan berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut. “Sawahlunto yang kini menjadi Warisan Dunia bukan hanya milik masyarakat Sumatera Barat, tetapi juga milik dunia. Kami berharap kolaborasi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, Adi Muaris, Ketua FKUB Kota Sawahlunto, menekankan pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab agama, sementara Heanthomas, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan air dan sampah, serta mendukung pembangunan rendah karbon di kota ini.

Tokoh adat LKAAM Kota Sawahlunto, Dahler Datuak Panghulu Sati, mengingatkan bahwa pengelolaan lingkungan adat di Minangkabau sudah sangat teratur, dan mengajak masyarakat untuk menjaga kearifan lokal serta membangun lingkungan yang lebih hijau dan sehat.

Kegiatan ini bagian dari inisiatif Eco Bhinneka Muhammadiyah untuk memperkuat peran agama dan lintas iman dalam pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim. Kegiatan serupa akan dilaksanakan di beberapa kota lain, seperti Pekanbaru dan Ambon. (*/tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *