Dalam semangat kebersamaan dan mempererat ukhuwah Islamiyah pasca-Idulfitri 1446 H, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wiyung Surabaya menyelenggarakan kegiatan Silaturahmi dan Halalbihalal pada Ahad (13/4/2025).
Acara yang berlangsung khidmat ini digelar di Masjid At-Taqwa Wiyung dengan mengusung tema “Satukan Tekad Raih Kemenangan, Lejitkan PCM Wiyung Bergema.”
Acara ini menghadirkan narasumber utama, Prof. Biyanto, Sekretaris PWM Jawa Timur sekaligus Staf Ahli Bidang Regulasi dan Hubungan Antar Lembaga Kementerian Dikdasmen RI. Kehadirannya disambut antusias oleh para peserta yang datang dari berbagai elemen persyarikatan Muhammadiyah.
Turut hadir dalam kegiatan ini segenap unsur pimpinan dan anggota PCM Wiyung, Majelis dan Lembaga PCM, Pimpinan Cabang Aisyiyah Wiyung, Organisasi Otonom Muhammadiyah se-Cabang Wiyung, Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah, takmir masjid, guru dan karyawan amal usaha Muhammadiyah, pengelola panti asuhan Muhammadiyah dan Aisyiyah, KLL, Lazismu Wiyung, serta simpatisan dan masyarakat umum yang tergabung dalam lingkungan persyarikatan Muhammadiyah Wiyung.
Ketua PCM Wiyung H. Suri Marzuki, SE dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kehadiran seluruh peserta. “Masih dalam suasana bulan Syawal, izinkan kami mengucapkan Taqabbalallahu minna wa minkum, Selamat Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin apabila selama ini ada kekhilafan,” ucapnya.
Suri juga menyampaikan apresiasi kepada Prof. Biyanto yang hadir di tengah kesibukannya yang luar biasa. “Semoga kehadiran beliau dapat memberikan pencerahan dan semangat baru bagi gerakan dakwah kita di PCM Wiyung,” tambahnya.
Sebelum menyampaikan materi, Biyanto menyapa hadirin dengan senyum hangat dan menyegarkan suasana dengan candaan khasnya, menyebut dirinya sebagai orang “Bangladesh” alias Bangsa Lamongan Ndeso yang ingin selalu pulang kampung saat Lebaran.
Biyanto menyampaikan bahwa istilah Halalbihalal memang tidak ditemukan secara langsung dalam Al-Qur’an maupun hadis. Namun, esensinya sejalan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan silaturahmi, saling memaafkan, dan mempererat ukhuwah.
Dia mengutip doa Nabi Musa dalam Surah Thaha ayat 25-28 sebagai landasan spiritual: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.”
“Doa tersebut menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa memohon kepada Allah dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dan dakwah. Dalam konteks kehidupan berorganisasi seperti Muhammadiyah penting untuk selalu melandaskan kerja dakwah pada semangat keikhlasan dan persatuan,” terang doses UIN Sunan Ampel itu.
Biyanto juga mengaitkan tradisi mudik sebagai bagian dari praktik silaturahmi yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ia menyinggung Surah Ali Imran ayat 133 dan 134 yang mendorong umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, memaafkan, dan menahan amarah.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
“(Yaitu) orang-orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Keteladanan KH Ahmad Dahlan dan Buya Hamka
Biyanto juga menyinggung keteladanan KH Ahmad Dahlan yang mengajarkan surat Al-Ma’un secara mendalam dan konsisten kepada para muridnya.
Menurut dia, surat ini menjadi fondasi teologis penting bagi gerakan Muhammadiyah dalam mengedepankan kepedulian sosial dan pelayanan kepada umat.
Biyanto juga mengutip kisah Buya Hamka, seorang ulama dan intelektual besar Indonesia, yang tetap produktif menulis bahkan ketika berada di balik jeruji penjara. Di masa-masa sulit tersebut, Buya Hamka berhasil menyelesaikan kitab tafsir monumental Tafsir Al-Azhar.
“Meski dituduh subversif dan dipenjara oleh rezim Orde Lama, Buya Hamka tetap menunjukkan ketulusan, bahkan saat Bung Karno menjelang wafat, beliau menerima permintaan untuk menjadi imam salat jenazahnya,” ungkap Biyanto dengan penuh haru.
Biyanto juga merekomendasikan buku berjudul Ayah: Kisah Buya Hamka yang ditulis oleh Irfan Hamka, anak kelima Buya Hamka. Buku ini memberikan sudut pandang personal dan inspiratif tentang sosok ayah sekaligus ulama besar, Buya Hamka.
Menutup tausiyahnya, Biyanto mengajak seluruh peserta untuk meneladani para tokoh besar Muhammadiyah dan Islam dalam menjalani hidup yang bermakna.
“Mari Bapak-Ibu sekalian, kita terus berbuat baik, agar kelak dikenang sebagai orang baik. Seperti KH Ahmad Dahlan, Buya Hamka, dan tokoh-tokoh mulia lainnya. Semoga PCM Wiyung terus berjaya dan bergema dalam dakwah yang mencerahkan,” pungkasnya.
Acara ditutup dengan doa bersama dan ramah tamah yang mempererat ikatan antar warga Muhammadiyah se-Cabang Wiyung.
Semangat kebersamaan dan tekad untuk membesarkan dakwah menjadi energi positif bagi PCM Wiyung untuk melangkah lebih maju di masa mendatang. (ali shodiqin)