Jejak Muhammadiyah dalam Modernisasi Halalbihalal di Indonesia

Jejak Muhammadiyah dalam Modernisasi Halalbihalal di Indonesia

Tradisi halalbihalal merupakan salah satu tradisi keagamaan yang sangat lekat dengan budaya Muslim di Indonesia, khususnya setelah Idulfitri.

Tradisi ini umumnya dilakukan dengan berkumpul bersama keluarga, kerabat, sahabat, serta dalam lingkup organisasi keagamaan maupun komunitas tertentu.

Momen ini menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk saling memaafkan, mempererat tali silaturahmi, serta menguatkan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, cara umat Islam dalam menyampaikan pesan halal bihalal pun mengalami modernisasi.

Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, berperan penting dalam proses modernisasi tersebut.

Salah satu kontribusi Muhammadiyah yang signifikan adalah menghadirkan ucapan halal bihalal melalui media massa, yang kala itu merupakan sesuatu yang sangat maju dan inovatif.

Menurut anggota Majelis Pustaka Informasi (MPI) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Ghifari Yuristiadhi, konsep penyampaian ucapan halalbihalal melalui media tertulis pertama kali ditemukan dalam Majalah Soeara Moehammadijah edisi No. 5 tahun 1924.

“Keberadaan ucapan halalbihalal dalam majalah tersebut menandai dimulainya era baru dalam tradisi ini. Jika sebelumnya ucapan maaf dan silaturahmi hanya dilakukan secara langsung melalui pertemuan fisik, kini Muhammadiyah memperkenalkan cara baru dengan memanfaatkan media cetak sebagai sarana komunikasi yang lebih luas dan efisien,” ungkap Ghifari seperti dilansir laman resmi PP Muhammamdiyah, pada Kamis (3/4/2025).

Dia lalu menuturkan, langkah yang diambil Muhammadiyah ini bukan sekadar inovasi biasa, tetapi juga merupakan refleksi dari semangat kemajuan dan modernitas yang melekat dalam organisasi ini. Muhammadiyah selalu berupaya untuk mengedepankan aspek literasi dan pendidikan dalam setiap langkahnya.

“Keberadaan Suara Muhammadiyah sebagai pers Islam tertua di Indonesia menjadi bukti bahwa Muhammadiyah memiliki visi yang jauh ke depan dalam menyebarkan dakwah dan memperkuat nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat modern,” katanya.

Tonggak Sejarah Modernisasi Halalbihalal

Tahun 1924 menjadi tahun yang bersejarah bagi perkembangan tradisi halal bihalal di Indonesia. Pada masa itu, penggunaan media massa untuk menyampaikan pesan silaturahmi dan permohonan maaf merupakan hal yang sangat baru dan revolusioner.

“Majalah Suara Muhammadiyah menjadi pelopor dalam memanfaatkan media cetak sebagai wadah penyampaian ucapan halal bihalal, yang tidak hanya menjangkau kalangan terbatas, tetapi juga dapat tersebar lebih luas ke berbagai wilayah,” papar Ghifari.

Dalam konteks awal abad ke-20, kehadiran majalah sebagai media komunikasi merupakan sebuah kemajuan yang luar biasa.

Pada masa itu, Indonesia masih berada di bawah penjajahan kolonial, di mana akses terhadap informasi dan literasi masih sangat terbatas bagi masyarakat pribumi.

“Oleh karena itu, peran Suara Muhammadiyah dalam memodernisasi tradisi halal bihalal melalui media cetak mencerminkan bagaimana Muhammadiyah tidak hanya sekadar mengikuti zaman, tetapi juga menjadi pelopor dalam mendorong kemajuan umat Islam di Nusantara,” jelas dia.

Dalam penelitiannya, Ghifari Yuristiadhi menemukan bahwa tradisi halalbihalal merupakan tradisi asli yang berasal dari Nusantara, khususnya dari budaya masyarakat Jawa.

“Sejauh ini, belum ditemukan literatur yang menunjukkan bahwa tradisi serupa juga ada di luar wilayah Jawa sebelum menyebar ke daerah lain di Indonesia. Hal ini menegaskan bahwa halal bihalal merupakan kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di Indonesia sebelum kemudian menjadi bagian dari budaya Islam secara luas di Tanah Air,” ujar Ghifari.

Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi halal bihalal tidak hanya terbatas di Pulau Jawa, tetapi juga telah diadopsi oleh masyarakat Muslim di berbagai daerah di Indonesia.

Penyebaran tradisi ini tidak terlepas dari peran media dan literasi yang semakin berkembang. Muhammadiyah, melalui Suara Muhammadiyah dan berbagai publikasi lainnya, turut andil dalam memperluas pemahaman dan praktik halal bihalal ke berbagai penjuru negeri.

Inovasi Muhammadiyah dalam Silaturahmi Modern

Menurut Ghifari, selain melalui majalah Suara Muhammadiyah, Muhammadiyah juga berinovasi dalam menyebarkan pesan halal bihalal dengan cara lain, yaitu melalui penerbitan Brosur Lebaran yang diterbitkan oleh Muhammadiyah Kotagede.

Brosur ini menjadi salah satu bentuk lain dari modernisasi tradisi halal bihalal, yang memungkinkan umat Islam untuk tetap menjalin silaturahmi meskipun tidak dapat bertemu secara langsung.

“Hadirnya Brosur Lebaran ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah terus berupaya mencari cara-cara baru dalam menjembatani komunikasi dan silaturahmi antarumat Islam, terutama di tengah tantangan zaman yang terus berkembang. Selain itu, inisiatif ini juga mencerminkan tingginya tingkat literasi di kalangan warga Muhammadiyah, yang dikenal sebagai kelompok yang dekat dengan buku, ilmu pengetahuan, dan media massa,” jabar Ghifari.

Sebagai organisasi Islam yang selalu berorientasi pada kemajuan dan modernitas, Muhammadiyah telah memainkan peran yang sangat penting dalam mengembangkan dan memodernisasi tradisi halalbihalal di Indonesia.

Melalui inovasi dalam media massa, seperti publikasi ucapan halal bihalal di Suara Muhammadiyah sejak 1924 dan penerbitan Brosur Lebaran, Muhammadiyah telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk cara umat Islam Indonesia dalam menyampaikan salam, memohon maaf, dan menjalin silaturahmi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modernisasi tradisi halal bihalal yang dilakukan Muhammadiyah tidak hanya sekadar perubahan cara penyampaian pesan, tetapi juga merupakan bagian dari upaya yang lebih luas dalam meningkatkan literasi, memperkuat jaringan sosial, serta mendorong umat Islam Indonesia untuk selalu bergerak maju sesuai dengan tuntutan zaman.

“Keberanian Muhammadiyah dalam mengadopsi teknologi dan media baru membuktikan bahwa Islam bukanlah agama yang statis, melainkan agama yang selalu relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan umatnya,” tutupnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *