Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya kembali menggelar Kajian Reboan, Rabu (19/2/2025) sebuah kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap dua pekan sekali. Kajian ini dihadiri oleh seluruh jajaran pimpinan rumah sakit, mulai dari direktur, dokter, perawat, hingga petugas kebersihan. Mereka semua meluangkan waktu untuk mengikuti kajian meskipun tengah sibuk dengan tugas keseharian mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
Pada Kajian Reboan kali ini, RS PKU Muhammadiyah Surabaya menghadirkan pemateri dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya, yaitu Ustaz Hamri. Tema yang diangkat dalam kajian kali ini adalah “Sejarah Muhammadiyah”.
Dalam pemaparannya, Ustadz Hamri menyampaikan penjelasan yang sangat mendalam mengenai latar belakang berdirinya Muhammadiyah dan kontribusinya dalam pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.
Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
Ustadz Hamri memulai penjelasannya dengan mengulas sejarah berdirinya Muhammadiyah, yang didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berawal dari sebuah gerakan yang bertujuan untuk memperbarui pemahaman keagamaan di Indonesia dengan memadukan ilmu agama dan ilmu umum.

Selain itu, Ustadz Hamri juga menjelaskan tentang berdirinya organisasi wanita Muhammadiyah, Aisyiyah, yang didirikan pada 27 Rajab 1335 H atau 19 Mei 1917. Pembentukan Aisyiyah juga bertepatan dengan bulan-bulan penting dalam kalender Islam, menandakan komitmen Muhammadiyah terhadap pemberdayaan wanita dalam konteks keislaman.
Pengaruh Pemikiran Ulama Besar
Ustadz Hamri melanjutkan dengan mengulas pengaruh pemikiran para ulama besar terhadap perkembangan Muhammadiyah. Pemikiran dari tokoh-tokoh seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhammad bin Abdul Wahab, dan Rasyid Ridha turut memberikan dampak besar terhadap keilmuan yang berkembang di kalangan warga Muhammadiyah.
“Pemikiran-pemikiran tersebut memberikan landasan bagi Muhammadiyah untuk melaksanakan pembaruan pemikiran Islam yang lebih terbuka dan rasional,” ujarnya.
Faktor Obyektif Berdirinya Muhammadiyah
Ustadz Hamri kemudian menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi lahirnya Muhammadiyah. Organisasi ini lahir sebagai respons terhadap kondisi umat Islam pada masa itu. Muhammadiyah memadukan ilmu agama dengan ilmu umum, yang menjadikannya sebagai acuan dalam manajemen pendidikan yang relevan hingga saat ini.
Muhammadiyah juga berperan aktif dalam memberantas praktik-praktik kesyirikan yang dikenal dengan istilah TBC: Tahayyul, Bid’ah, dan Churafat. Pada masa itu, banyak penyimpangan dalam masyarakat yang terlalu mempercayai hal-hal selain Allah, dan Muhammadiyah berusaha untuk memperbaiki hal tersebut dengan menekankan pentingnya kembali pada ajaran Islam yang murni.
Sebagai penutup, Ustadz Hamri menegaskan bahwa nilai-nilai yang dibawa oleh Muhammadiyah, seperti pemurnian akidah dan pengembangan pendidikan, masih sangat relevan dengan tantangan zaman sekarang. Nilai-nilai tersebut terus menjadi landasan dalam membentuk masyarakat yang lebih baik dan lebih berkeadilan di era modern ini.
Meskipun kesibukan mereka sehari-hari, seluruh jajaran pimpinan dan staf RS PKU Muhammadiyah Surabaya terlihat sangat antusias mengikuti Kajian Reboan ini. Mereka menyadari bahwa pemahaman yang lebih mendalam mengenai sejarah dan nilai-nilai Muhammadiyah sangat penting untuk landasan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berlandaskan keislaman.
Kajian Reboan ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk memperdalam pengetahuan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan semangat kebersamaan di antara seluruh jajaran RS PKU Muhammadiyah Surabaya. Diharapkan, kegiatan ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi seluruh peserta, serta meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik di masa mendatang. (muhammad jamaluddin)