Kebakaran hebat yang melanda Los Angeles, Amerika Serikat, menjadi perhatian dunia internasional karena dampak luas yang ditimbulkannya.
Zakarija Achmat, M.Si., dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan Koordinator Bidang Pelatihan Penanggulangan Bencana MDMC PP Muhammadiyah, mengungkapkan pandangannya mengenai kejadian tersebut.
Dia menilai peristiwa ini memberikan pelajaran yang sangat relevan bagi Indonesia, mengingat kondisi alam di Los Angeles yang mendukung penyebaran api—seperti suhu tinggi, kekeringan, dan angin kencang—serupa dengan situasi yang sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia, terutama saat musim kemarau, seperti di Kalimantan atau Sumatera.
“Los Angeles memiliki kondisi lingkungan yang sangat mendukung terjadinya kebakaran, seperti suhu tinggi, kelembapan rendah, dan angin kencang. Hal ini serupa dengan yang sering kita hadapi di Kalimantan atau Sumatera pada musim kemarau, yang menyebabkan kebakaran lahan dan hutan,” kata Zakaria.
“Kebakaran tersebut sering dipicu oleh faktor manusia, seperti kelalaian atau kelalaian dalam melakukan aktivitas. Sebagai contoh, kebakaran di Gunung Bromo beberapa tahun lalu disebabkan oleh api unggun yang dinyalakan di area terlarang,” imbuh dia.
Zakarija menekankan pentingnya mitigasi sebagai langkah utama dalam menghadapi bencana kebakaran. Ia mengingatkan bahwa kita harus mampu mengidentifikasi potensi bahaya sejak dini.
Misalnya, di lingkungan rumah tangga, bahaya kebakaran bisa muncul akibat kabel listrik yang terkelupas, penggunaan colokan listrik yang tidak sesuai kapasitas, atau keberadaan bahan kimia yang mudah terbakar yang seringkali tidak mendapat perhatian.
Selain pencegahan, Zakarija juga menggarisbawahi pentingnya kesadaran tentang langkah-langkah tanggap darurat dalam situasi kebakaran.
Dia mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik saat menghadapi kebakaran, mengikuti instruksi penyelamatan, serta mengutamakan keselamatan diri sendiri.
Selain itu, pemahaman terhadap jalur evakuasi dan menjauh dari area berisiko tinggi, seperti tempat dengan vegetasi kering atau bahan mudah terbakar, sangat penting.
“Penanganan korban kebakaran perlu dilakukan secara menyeluruh, mencakup aspek fisik dan psikologis. Luka bakar memang menyisakan bekas pada tubuh, namun lebih dari itu, seringkali meninggalkan trauma mendalam pada korban. Kita harus sensitif dalam mendukung mereka, menghindari komentar yang bisa memperburuk kondisi psikologis mereka,” tambah Zakarija.
Terkait dengan peran MDMC Muhammadiyah, Zakarija menjelaskan bahwa edukasi masyarakat merupakan prioritas utama. MDMC telah melakukan pelatihan dan simulasi kebakaran di berbagai daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana kebakaran.
Zakarija juga mendorong masyarakat, terutama rumah tangga, untuk memiliki alat pemadam kebakaran sederhana dan memahami cara penggunaannya sebagai upaya mitigasi kebakaran.
“Langkah-langkah kecil ini, seperti memiliki alat pemadam kebakaran dan memahami cara penggunaannya, dapat membawa dampak besar dalam mengurangi risiko kebakaran. Saya berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya mitigasi sebagai langkah utama dalam menghadapi bencana. Memang bencana tidak dapat sepenuhnya kita cegah, namun dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat meminimalisir risiko dan dampaknya,” tutup Zakarija. (vin/wil/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News