Kelola Uang Lebaran dengan Bijak, Terapkan Prinsip 50-30-20 demi Stabilitas Finansial

Kelola Uang Lebaran dengan Bijak, Terapkan Prinsip 50-30-20 demi Stabilitas Finansial

Lebaran selalu menjadi momen yang dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Selain sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahmi, Idulfitri juga identik dengan berbagai tradisi yang sudah mengakar kuat.

Salah satu yang paling ditunggu adalah Tunjangan Hari Raya (THR), yang setiap tahun menjadi “angin segar” bagi para pekerja, khususnya umat Muslim.

THR bukan hanya sekadar tambahan penghasilan menjelang Hari Raya, tetapi juga memiliki peran penting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Tradisi pemberian THR sendiri sudah ada sejak dekade 1950-an dan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika ekonomi menjelang Idulfitri.

Setiap tahunnya, pemberian THR terbukti mendorong konsumsi rumah tangga, mempercepat perputaran uang, dan memberi stimulus besar pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), terutama di sektor ritel, kuliner, dan jasa.

Namun, di balik berkah ekonomi ini, terselip tantangan pengelolaan keuangan pribadi yang tidak bisa dianggap remeh. Lonjakan pengeluaran, belanja konsumtif, serta fenomena inflasi musiman menjadi potensi jebakan yang bisa membuat kondisi finansial goyah pasca-Lebaran.

Menanggapi hal tersebut, Muhammad Sri Wahyudi, SE, ME, Kepala Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), memberikan panduan yang relevan dan aplikatif.

Dia menekankan pentingnya pengelolaan THR yang cerdas dan terencana. Salah satu pendekatan yang disarankan adalah menggunakan prinsip anggaran 50-30-20.

Apa Itu Prinsip 50-30-20? Prinsip ini membagi alokasi pendapatan ke dalam tiga kategori utama:

  • 50% untuk kebutuhan pokok, seperti bahan makanan, zakat, transportasi, dan keperluan rumah tangga lainnya.
  • 30% untuk keinginan atau gaya hidup, termasuk belanja baju baru, mudik, liburan, dan makan di luar.
  • 20% untuk tabungan atau investasi, yang bisa dialokasikan untuk dana darurat, tabungan pendidikan anak, atau investasi jangka panjang.

“Dengan menerapkan prinsip ini, seseorang bisa tetap menikmati kebahagiaan Lebaran tanpa merasa terbebani setelahnya,” ujar Yudi.

Hindari Belanja Impulsif

Lebaran kerap disertai dengan diskon besar-besaran dan promosi menarik. Masyarakat harus tetap waspada agar tidak tergoda untuk melakukan belanja impulsif.

Yudi menambahkan bahwa penting untuk membuat daftar belanja dan menetapkan batas anggaran sebelum melakukan pembelian. Dia  juga mengingatkan agar tidak terlalu mengandalkan kartu kredit yang justru bisa memperbesar utang di kemudian hari.

“THR itu bukan semata-mata untuk dihabiskan. Justru, harus ada kesadaran literasi keuangan agar dana tersebut bisa dikelola secara strategis, tidak hanya untuk hari ini, tapi juga masa depan,” jelasnya.

Menurut Yudi, literasi keuangan harus menjadi bagian dari budaya masyarakat. Salah satunya bisa dimulai dengan edukasi sederhana seputar pengelolaan THR, seperti penerapan prinsip 50-30-20 dan pentingnya menabung sejak dini.

Kampanye edukatif melalui media sosial, lembaga pendidikan, atau komunitas dapat mendorong masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan uang Lebaran.

Tak bisa dimungkiri, peredaran THR mendorong pertumbuhan ekonomi sementara. Selama Lebaran, terjadi lonjakan pengeluaran masyarakat, terutama untuk kebutuhan mudik, konsumsi makanan dan minuman, serta peningkatan transaksi digital dan e-commerce. Aktivitas ini turut mendorong produktivitas sektor UMKM dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Namun, peningkatan konsumsi ini juga menyebabkan inflasi musiman. Permintaan terhadap barang dan jasa meningkat tajam, yang akhirnya mendorong harga-harga naik. Bagi sebagian masyarakat, ini bisa menggerus nilai riil dari THR yang diterima. Oleh karena itu, penting untuk mengatur belanja secara bijak agar daya beli tetap terjaga, dan nilai uang tidak cepat menyusut.

Dalam kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan, tidak semua perusahaan mampu membayarkan THR dengan mudah. Maka dari itu, bagi mereka yang menerimanya, THR sebaiknya tidak dihabiskan hanya untuk konsumsi jangka pendek.

Yudi menekankan bahwa THR bisa menjadi titik awal membangun fondasi keuangan yang sehat. “Gunakan sebagian untuk menabung, membeli emas, atau mulai berinvestasi. Jangan semua habis untuk hal-hal konsumtif,” sarannya.

Jangan Lupa Siapkan Dana Darurat

Hal yang sering terlupakan adalah kebutuhan setelah Lebaran. Setelah euforia silaturahmi dan belanja mereda, kehidupan kembali normal.

Tagihan, kebutuhan rumah tangga, serta biaya pendidikan anak akan segera menyapa. Maka, menyisihkan sebagian THR untuk dana darurat sangat dianjurkan. Ini akan membantu menciptakan stabilitas keuangan setelah masa Lebaran berlalu.

Mengelola THR dengan bijak adalah kunci agar kebahagiaan Lebaran tidak menimbulkan masalah keuangan di kemudian hari.

Prinsip 50-30-20 menawarkan panduan yang sederhana namun efektif untuk memastikan bahwa setiap rupiah dari THR memiliki arah dan manfaat yang jelas.

Lebaran bukan hanya soal berbagi dan merayakan, tetapi juga saat yang tepat untuk belajar menjadi lebih bijak secara finansial.

Dengan strategi yang tepat, THR bisa menjadi bukan hanya berkah sesaat, tetapi bekal untuk masa depan yang lebih baik. (wh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *