Musim hujan datang, tetapi tanah yang gundul tak mampu menahan air. Dalam semalam, banjir bandang menyapu pemukiman rakyat kecil.
Rumah-rumah hanyut, tangisan pecah di mana-mana, namun di balik tembok tinggi rumah-rumah megah, tak ada yang peduli.
Di jalan-jalan kota, anak-anak muda dari keluarga kaya mengendarai mobil-mobil mahal, menghabiskan malam di klub-klub malam, membakar uang hanya demi hiburan.
Mereka tak pernah merasakan lapar, tak tahu bagaimana rasanya mencari sesuap nasi dengan keringat sendiri.
Mereka tak peduli bahwa di seberang jalan, ada seorang lelaki tua yang terpaksa mencuri sepotong roti untuk bertahan hidup.
Ia ditangkap, dipukuli, dan dipenjara, sementara mereka yang menggelapkan miliaran tetap bebas, tersenyum dalam siaran televisi. Hati yang keras sulit membuat mereka sadar sehingga petunjuk pun menjauh.
Tersendatnya Petunjuk
Ketika petunjuk semakin menjauh, meskipun musibah datang beruntun, hal itu tidak akan membuat hati mereka melunak.
Bahkan, tidak jarang menjadikannya semakin mengeras. Tidak ada rasa sesal, tidak ada keinginan untuk berubah.
Mereka tetap berpikir bahwa kekayaan dan kekuasaan akan melindungi mereka selamanya. Hingga suatu hari, gemuruh bumi mengguncang kota, air bah menghantam dengan amarah, dan tangisan yang dulu tak didengar kini menggema di mana-mana.
Musibah yang demikian dahsyat hadir guna mengingatkan mereka yang hidup dalam kezaliman.
Namun, hal itu tidak membuat mereka berubah, bahkan semakin membuat mereka semakin zalim.
Al-Qur’an menggambarkan bahwa sifat ini sulit berubah. Kalaupun diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, mereka tetap sulit untuk berbuat baik. Hal itu sebagaimana paparan Al-Qur’an berikut:
وَلَوۡ عَلِمَ ٱللَّهُ فِيهِمۡ خَيۡرٗا لَّأَسۡمَعَهُمۡ ۖ وَلَوۡ أَسۡمَعَهُمۡ لَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ
“Kalau kiranya Allah mengetahui ada kebaikan pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).” (QS. Al-Anfāl: 23)