اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Allah SWT
Ramadan merupakan momentum pemanfaatkan peluang untuk meraih ampunan Allah Swt., berbakti kepada orang tua, dan memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. serta menambah amalan sunnah. Karena misi hadirnya bulan Ramadan adalah agar kita menjadi sang pemenang (muttaqin) dalam tingkatan seorang hamba dihadapan Tuhannya.
Ironisnya, banyak umat Islam yang telah melewati bulan Ramadhan namun tidak menjadi seorang pemenang. Padahal, beberapa motivasi dari hadist dari mulai bonus pahala bagi setiap amal kebaikannya, sampai dihapusnya kesalahan seorang hamba. Salah satunya hadis dari Abu Hurairah ra, ia berkata; Rasulullah saw bersabda:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu bentuk kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali.” (HR. Muslim).
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadan dengan dengan penuh kesadaran iman dan pengharapan (terhadap Allah) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR.Bukhari Muslim)
Ibarat sebuah perlombaan sang pemenang diambil dari total nilai terbanyak yang dikumpulkan tanpa terkena sanksi dari pihak penyelenggara dan mampu mempertahankannya. Begitu juga seorang pemenang pasca berproses diri di bulan Ramadan mereka yang senentiasa menjaga hawa nafsunya, menjaga perbuatan agar tidak mengurangi pahala puasanya, dan banyak memohon ampun kepada Allah ta’ala sebagai wujud bertobat agar dihapuskan dosa-dosanya yang kemudian dipertahankan perilakunya dibulan-bulan berikutnya setelah bulan Ramadhan meninggalkan kita semua
.
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Allah SWT
Secara gamblang, Al Qur’an menjelaskan dua perintah yang harus berjalan seiring dan tidak bisa dipisahkan yaitu perintah menyembah Allah dan berlaku ihsan terhadap kedua orang tua serta perintah bersyukur kepada Allah dan kedua orang tua. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’: 23)
Perintah berlaku ihsan dan berterimakasih kepada kedua orang tua merupakan kewajiban unlimited yaitu tanpa melihat batas usia orang tua, meski keduanya telah wafat maka perintah tersebut tetap melekat dalam diri seorang anak, tentunya dalam bentuk melanjutkan kebaikan keduanya, mendoakan, atau bershadaqah untuk keduanya.
Sejalan dengan konsep puasa, Puasa dalam Islam dapat meningkatkan kebaikan sosial dengan menanamkan nilai solidaritas, empati, dan kepedulian terhadap sesama. Seorang berpuasa pula berarti dia percaya segala perilakukan dimonitoring oleh Allah SWT, (ihsan) sehingga dia akan menjaga lisan, gerak tubuhnya dan hatinya untuk selalu berbuat baik kepada sesama terlebih kepada kedua orangtuanya. Konsep ibadah harus terintegrasi antara vertical dan horizontal termasuk menyempurnakan zakat sebagai bentuk habluminnas kepada sesama yang membutuhkannya.
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin dan muslimat yang di rahmati Allah Swt
Perintah bershalawat memiliki kemuliaan tersendiri dalam Al Qur’an, bahwa Allah dan para malaikat-Nya selalu bershalawat dan memerintahkan umat Islam untuk bershalawat sesuai ayat berikut:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab : 56)
Berselawat adalah ungkapan cinta, pengakuan terhadap hasil perjuangan, dan harapan syafaat beliau di hari akhir kelak. Membaca selawat dapat dilakukan tanpa terikat waktu dan tempat, bahkan saat bersantaipun dapat dilakukan. Tidak sampai melafalkan selawat Nabi saja namun, mengamalkan dan membiasakan sunah jauh lebih mulia dan bermakna.
Dalam bulan Ramadhan kita banyak dibiasakan mengamalkan sunnah seperti qiyamu Ramadhan, makan sahur, memberikan shodaqah dalam bentuk sahur dan berbuka puasa sampai memperbanyak interaksi dengan masjid.