Khutbah Idulfitri: Meraih Takwa dan Ampunan di Hari Kemenangan

Khutbah Idulfitri: Meraih Takwa dan Ampunan di Hari Kemenangan

*)Oleh: Ridwan Manan
Anggota Lembaga Pengembangan Pesantren PDM Sidoarjo, Pengajar Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo.

Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd

Ma’asyiral muslimin, sidang jemaah salat Idul Fitri yang berbahagia,

Syukur ke hadirat Allah di pagi yang sejuk ini, kita dipertemukan oleh Allah dalam keadaan sehat wa afiyah, hati kita dipenuhi hidayah iman dan Islam. Kita diberi kemampuan untuk melaksanakan sunnah Rasulullah, salat Idulfitri, di tanah lapang ini. Kita bertakbir, tahlil, dan tahmid memuji kebesaran Allah setelah melaksanakan ibadah puasa, qiyamul lail, tilawah Al-Qur’an, dan ibadah lainnya selama sebulan penuh di bulan Ramadan, bulan yang penuh rahmat, ampunan, dan berkah dari Allah Swt. Semoga Allah menerima amal ibadah kita di bulan Ramadan.

Dengan berakhirnya ibadah Ramadan, ada tiga golongan masyarakat dalam mengekspresikan berakhirnya bulan yang mulia ini. Pertama, golongan masyarakat yang menyambutnya dengan biasa-biasa saja. Mereka adalah orang-orang yang tidak menyiapkan diri dengan amal terbaik. Ramadan datang dan pergi tanpa memberikan makna yang mendalam dalam hidup mereka. Mereka terbiasa dengan perbuatan dosa.

Kedua, golongan yang menyambutnya dengan bahagia karena merasa telah menang, berhasil menahan lapar dan dahaga selama sebulan penuh serta mampu mengendalikan hawa nafsunya dengan baik. Imam Ghazali menyebutkan bahwa kebahagiaan sejati adalah milik mereka yang mampu mengendalikan nafsunya. Sebaliknya, orang yang tidak mampu mengendalikan nafsunya akan mengalami kegelisahan dalam hidupnya.

Ketiga, golongan yang merasa sedih karena ditinggalkan Ramadan, karena bagi mereka, bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa dan tak tergantikan oleh bulan lainnya.

Khalifah Umar bin Abdul Azis keluar rumah pada hari Idulfitri dan dalam khutbahnya berkata, “Wahai rakyatku, kalian telah berpuasa karena Allah selama tiga puluh hari, menegakkan salat malam selama tiga puluh malam, dan berdoa agar amalan kalian diterima oleh Allah Swt. Hari ini adalah waktunya kalian berbahagia karena telah memperoleh kemenangan.” Namun, sebagian dari mereka justru merasa sedih dan menangis karena telah kehilangan bulan penuh ampunan, rahmat, dan berkah ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd

Ma’asyiral muslimin, jemaah salat Idulfitri yang berbahagia,

Allah mewajibkan hamba-Nya yang beriman untuk berpuasa agar menjadi pribadi yang bertakwa.

اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)

Takwa adalah tujuan utama di balik disyariatkannya puasa Ramadan. Sering kali kita memahami bahwa takwa adalah gelar yang disematkan kepada orang yang telah melaksanakan puasa. Namun, puasa Ramadan bukan hanya sebagai puncak amal kebaikan, tetapi sebagai titik awal perubahan yang berkelanjutan. Takwa adalah kesadaran mendalam akan kehadiran Allah di semua aspek kehidupan. Takwa adalah proses transformasi berkelanjutan yang membutuhkan kesungguhan, yang akan melahirkan sikap jujur, disiplin, dan karakter yang baik.

Takwa Menjadikan Berkah

Takwa akan melahirkan keberkahan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 96:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.”

Di hari Idul Fitri ini, mari kita bersama-sama introspeksi diri. Mengapa Allah telah menganugerahkan nikmat yang besar pada bangsa ini, tanah yang subur, dan sumber daya alam yang melimpah, namun masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan? Korupsi merajalela dan angkanya fantastis, mencapai triliunan rupiah. Ini adalah saat yang tepat untuk merefleksikan diri dan memperbaiki keadaan.

Takwa Penyebab Ampunan

Karakter yang baik yang terus berlanjut akan membuka pintu ampunan Allah sehingga kita kembali pada fitrah, bersih dari dosa, dan membawa pahala yang besar. Allah berfirman dalam Surat At-Talaq ayat 5:

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعْظِمْ لَهٗٓ اَجْرًا

“Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan memperbesar pahala baginya.”

Tidak ada rahmat Allah yang lebih besar selain ampunan-Nya terhadap hamba-Nya yang taat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Penghargaan terbesar dari Allah adalah melipatgandakan pahala yang besar bagi mereka yang sungguh-sungguh dalam ketaatan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd

Sidang jemaah salat Idul Fitri yang berbahagia,

Kembali Pada Fitrah Beragama

Idul Fitri bukan hanya bermakna filosofi kembali pada fitrah (suci), kembali tanpa dosa dan kesalahan. Itu juga berarti kembali pada fitrah agama yang telah dianugerahkan sejak dalam kandungan ibu, yaitu janji bahwa Allah adalah Tuhan kita. Allah berfirman dalam Surat Al-A’raf ayat 172:

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰمَنَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَاۛ

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul, Engkau Tuhan kami, kami bersaksi.'”

Prof. Dr. Quraisy Shihab menjelaskan bahwa makna fitrah adalah “Kesadaran atau sifat asli manusia yang diciptakan Allah Swt yang memiliki potensi untuk menerima dan menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik.”

Dengan momen Idul Fitri ini, saatnya kita menjaga dan menumbuhkan fitrah agama yang diberikan Allah dengan terus memurnikan ajaran agama Islam dari segala bentuk kesyirikan, memelihara kesadaran akan keberadaan Allah dalam setiap dimensi kehidupan, serta kemampuan untuk membedakan yang baik dan buruk, dan menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *