Mendikdasmen Abdul Mu’ti Napak Tilas Tempat Awal Pengkaderannya di IMM

Mendikdasmen Abdul Mu’ti Napak Tilas Tempat Awal Pengkaderannya di IMM

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Prof. Abdul Mu’ti, melakukan kunjungan istimewa ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) Muhammadiyah Semarang, pada Rabu (9/4/2025).

Kunjungan ini bukan sekadar agenda formal kenegaraan, melainkan perjalanan penuh makna, sebuah napak tilas menuju tempat yang memiliki ikatan emosional dan historis yang mendalam dalam perjalanan hidup dan pengabdiannya.

Berlokasi di Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, MI Muhammadiyah Semarang merupakan saksi bisu masa-masa awal Mu’ti membina diri sebagai aktivis dan kader Muhammadiyah.

Di tempat inilah, sekitar 35 tahun silam, ia aktif melatih dan membina para aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Semarang.

Kala itu, Mu’ti masih tercatat sebagai mahasiswa di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo, yang kini telah bertransformasi menjadi UIN Walisongo Semarang.

“Di madrasah ini, kami dulu sering mengadakan kegiatan pelatihan untuk kader IMM,” ungkap Mu’ti dengan penuh nostalgia, seperti dilansir di laman resmi PP Muhammadiyah, Sabtu (12/4/2025).

Kenangan itu seolah hadir kembali ketika ia menapakkan kaki di halaman madrasah, di mana semangat muda dan cita-cita perjuangan pernah tumbuh subur dalam dirinya.

Mu’ti memulai langkah awal pengabdiannya di Muhammadiyah melalui organisasi IMM pada tahun 1987. Semangat militansi dan idealismenya membawa ia dipercaya menjadi Ketua Pimpinan Cabang IMM Semarang periode 1991–1992, kemudian melanjutkan amanah sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Jawa Tengah pada periode 1993–1994.

Di masa itu, MI Muhammadiyah Semarang menjadi salah satu lokasi favorit bagi para aktivis IMM dari IAIN Walisongo untuk menyelenggarakan kegiatan kaderisasi. Lokasinya yang strategis dan dekat dengan kampus menjadikan madrasah ini mudah diakses oleh mahasiswa.

Didirikan pada tahun 1977, MI Muhammadiyah Semarang berdiri di atas lahan seluas 2.190 meter persegi. Area madrasah yang luas serta dilengkapi dengan masjid, menjadikannya tempat yang ideal untuk berbagai kegiatan pembinaan, pelatihan, hingga pertemuan aktivis mahasiswa.

Kini, meskipun waktu telah banyak berlalu, suasana madrasah tersebut masih menyimpan jejak-jejak semangat pengabdian masa muda Prof. Mu’ti.

Dalam pertemuan yang dihadiri oleh guru, pengurus madrasah, serta jajaran pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah setempat, Mu’ti tampak terharu.

Dia mengaku sangat bersyukur bisa kembali menapaki tempat yang dulu menjadi titik awalnya dalam menempa diri dan mengabdikan hidupnya pada Muhammadiyah dan pendidikan.

Sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, serta tokoh Muhammadiyah yang telah banyak berkiprah di ranah nasional, Mu’ti menyampaikan harapannya agar MI Muhammadiyah Semarang dapat terus berkembang menjadi lembaga pendidikan yang unggul.

“Saya berharap madrasah ini ke depan bisa menjadi madrasah yang megah,” ujarnya. Ia menjelaskan, kemegahan yang dimaksud bukan semata-mata dari segi fisik bangunan, tetapi juga dalam hal penyediaan fasilitas pendidikan yang layak, nyaman, dan menunjang proses pembelajaran.

Dengan luas lahan yang memadai untuk ukuran sekolah dasar, Mu’ti menekankan pentingnya perencanaan pengembangan yang komprehensif.

“Pihak madrasah perlu menyusun masterplan pembangunan secara menyeluruh. Jangan membangun secara parsial atau asal-asalan,” tegasnya.

Pandangan ini ia sampaikan berdasarkan pengalamannya sebagai mantan Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah periode 2005–2010, yang kerap terlibat dalam pengembangan lembaga pendidikan Muhammadiyah di berbagai daerah.

Sebagai bentuk kepedulian nyata, di akhir kunjungan, Abdul Mu’ti menyerahkan bantuan secara simbolis untuk mendukung pembangunan madrasah.

Bantuan tersebut diterima langsung oleh Kepala MI Muhammadiyah Semarang, Husnul Chotimah, dan diiringi dengan rasa haru dan syukur dari seluruh jajaran madrasah.

Sebelum melakukan napak tilas ke MI Muhammadiyah, Abdul Mu’ti lebih dulu menjalani agenda resmi di UIN Walisongo Semarang. Dia hadir sebagai pembicara utama dalam Dies Natalis ke-55 UIN Walisongo dan menyampaikan orasi ilmiah dengan tema “Pendidikan Bermutu untuk Semua”.

Dalam pidatonya, Mu’ti menekankan pentingnya pendidikan karakter dan nilai-nilai kewarganegaraan di tengah pesatnya perkembangan teknologi, termasuk tantangan dari hadirnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Menariknya, dalam orasi tersebut ia juga sempat menyinggung masa lalunya sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah angkatan 1986 di IAIN Walisongo. Setelah menyelesaikan studinya, ia kemudian menjadi dosen di fakultas yang sama dari tahun 1993 hingga 2013, sebelum akhirnya berpindah ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2014 hingga saat ini.

“Inilah perjalanan takdir yang luar biasa. Dari mahasiswa, menjadi dosen, lalu hari ini mendapat amanah sebagai menteri. Dan semuanya bermula dari tempat ini,” ujar Mu’ti yang disambut dengan tepuk tangan hangat dari para hadirin.

Kunjungan Abdul Mu’ti ke MI Muhammadiyah Semarang bukan hanya menjadi catatan perjalanan pribadi yang emosional, tetapi juga menjadi inspirasi bahwa pengabdian sejati dan kepemimpinan yang kuat seringkali tumbuh dari tempat-tempat yang sederhana—namun penuh nilai, sejarah, dan semangat perjuangan. (wh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *