*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana
Kata “dunia” berasal dari bahasa Arab yaitu Ad-Dunya (الدنيا). Tidak ada perubahan berarti dari bahasa asalnya ke dalam bahasa Indonesia, hanya pelafalannya saja.
Dalam Kamus Ma’ani, kata dunia mempunyai beberapa arti, yaitu; tempat berbagai cobaan (al-Dunya), tempat sebelum kematian (plural dari Dana), kehidupan hari ini (hayah hadirah).
Sedangkan makna lainnya, diambil dari kata adna-yudni yaitu dekat (qarib, qaruba). karena ia sangat dengan akhirat dan dekat dengan kematian (دنيئة الاجل). Dan ada pula yang berpendapat, bahwa kata dunia dari dina’ah (الدناءة) yaitu najis dan kotor.
Dalam Al-Shaith, mengapa dinamakan dunia dengan dunia? Karena ia sangat singkat, dekat dan cepat. Seseorang mempunyai tiga kondisi, yaitu: sebelum dia diciptakan, setelah dia meninggal, dan kondisi di antara keduanya.
Kondisi atau keadaan sebelum penciptaan waktunya sangat panjang dan tidak memiliki awal. Demikian situasi setelah kematian, sangat panjang dan tidak ada habisnya. Dan di antara keduanya adalah dunia, yang begitu singkat (qarib, danu). Dalam riwayat lain disebutkan:
وعن ابن عمر رضي اللَّه عنهما قَالَ: أَخَذ رسولُ اللَّه ﷺ بِمَنْكِبِي فقال: كُنْ في الدُّنْيا كأَنَّكَ غريبٌ، أَوْ عَابِرُ سبيل
Pada suatu waktu, Rasulullah memegang pundak Abdullah bin Umar Beliau berpesan, ”Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau orang yang sekadar melewati jalan (musafir).”
Mengapa dunia disebut dengan dunia? Ada dua sebab, yaitu; pertama, dunia lebih rendah dari akhirat, dan yang kedua karena dunia itu rendah, aib, cacat, cela, yang apabila dibandingkan dengan akhirat tidak ada apa-apanya.
Dalam Al-Qur’an kata Al-Dunya (dunia) diulang sebanyak 115 kali, sebagaimana kata Al-Akhirat. Dan terkadang Al-Qur’an memberikan kesan positif tentang dunia, dan terkadang memberikan kesan negatif positif.
Hammudah Abdalati memberikan pengertian dunia sebagai: Ciptaan Allah dan Dia menjaganya untuk tujuan yang penuh arti secara historis diciptakan dunia ini dengan kehendak-Nya sendiri.
Allah berkehendak pula agar hasil ciptaan itu patuh kepada hukum-hukumnya. Semua itu tidak diciptakan dengan kebetulan belaka.
Al-Ghazali memberikan pengertian dunia sebagai: Dunia ini kampung bagi orang yang tiada mempunyai kampung dan harta bagi yang tidak mempunyai harta. Dan untuk dunia, dikumpulkan oleh orang yang tiada berakal.
Kepada dunia bermusuh-musuhan orang yang tiada berilmu. Kepada dunia, berdengki orang yang tiada memahami agama. Dan untuk dunia berusaha orang yang tidak mempunyai keyakinan.