Buku ini lahir dari perjalanan intelektual dan pengalaman sosial Gus Dr. Sholikhul Huda, M. Fil.I., seorang cendekiawan muda Muhammadiyah, mubaligh, serta aktivis yang saat ini menjabat sebagai Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Desa Masangan Wetan, Sukodono, Sidoarjo.
Konsep “Muhammadiyah Mazhab Masangan Wetan” yang diusung dalam buku ini adalah pendekatan sosiologis yang menggambarkan refleksi pemikiran penulis.
Sebagai akademisi di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) sekaligus aktivis Muhammadiyah, penulis mencoba menafsirkan Muhammadiyah, Islam, dan Indonesia dari berbagai perspektif—baik dalam konteks permasalahan yang telah terjadi, sedang berlangsung, maupun prediksi di masa depan.
Visi utama dari Muhammadiyah Mazhab Masangan Wetan adalah menjadikan Muhammadiyah sebagai pusat peradaban yang berorientasi pada pembangunan kesadaran intelektual dalam masyarakat.
Gerakan ini menekankan pentingnya budaya belajar (sinau), sebagai upaya membangun peradaban berbasis ilmu (iqra), baik dalam konteks Islam maupun kebangsaan.
Mazhab ini mengusung tiga pilar utama yang harus ditanamkan dalam diri setiap warga Muhammadiyah:
Noto Ati (Menata Hati) – Kesadaran teologis yang berpijak pada hadis inna ma ‘amalu bi an-niyat, bahwa setiap amal manusia bergantung pada niatnya. Penataan hati menjadi fondasi utama dalam setiap aktivitas keislaman.
Noto Pikir (Menata Pikiran) – Kesadaran filosofis yang mendorong umat Islam untuk terus belajar dan mencintai ilmu, sebagaimana diperintahkan dalam wahyu pertama Q.S Al-Alaq 1-5.
Noto Laku (Menata Perilaku) – Kesadaran akhlak yang menjadi puncak dari gerakan dakwah Muhammadiyah, yakni membangun sikap baik dalam segala aspek kehidupan tanpa membedakan suku, agama, ras, atau golongan (SARA).
Buku ini memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai konsep Muhammadiyah Mazhab Masangan Wetan dan dapat diperoleh di Koperasi Muhammadiyah Masangan Wetan. (msh)