Bicara tentang persyarikatan Muhammadiyah tidak akan pernah ada habisnya. Hampir semua topik dapat dikaitkan dengan Muhammadiyah dalam berbagai persoalan yang ada. Pembahasan mengenai Muhammadiyah kini dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari politisi, pejabat, akademisi, analis, agamawan, cendekiawan, penguasa, pengusaha, konten kreator, buruh, tani, mahasiswa, hingga pelajar, dengan tema yang beragam sesuai dinamika masing-masing.
Secara keseluruhan, ada yang mendapatkan apresiasi besar, ada yang biasa saja, ada yang mengalami kesulitan, bahkan ada yang menghadapi tantangan besar. Tidak semua orang dengan mudahnya dapat bermuhammadiyah dan beramal usaha Muhammadiyah.
Meski demikian, banyak juga yang terus berkembang dan berkemajuan hingga ke tingkat nasional bahkan internasional. Sejarah Muhammadiyah di berbagai daerah memiliki dinamika tersendiri, tetapi semuanya tetap dijalani dengan kesabaran.
Perjuangan bermuhammadiyah di daerah-daerah masih memiliki tantangan tersendiri, termasuk dalam pengelolaan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Jumlah jamaah Muhammadiyah yang tidak selalu besar dan terjadinya regenerasi yang terputus akibat berbagai faktor, seperti bidang pekerjaan dan kesejahteraan hidup, turut menjadi tantangan tersendiri.
Jika menilik sejarah awal perjuangan Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan juga mengalami berbagai rintangan dalam mensyiarkan dakwah Islam melalui gerakan Muhammadiyah.
Kiai Dahlan belajar dari kalangan ulama Islam tradisional pada masa pencarian ilmunya, dan kemudian mengadopsi pendekatan ulama Islam pembaharu dalam mendirikan Muhammadiyah. Ini menunjukkan bahwa generasi Muhammadiyah dapat terbentuk dengan corak pendidikan tradisional ketika remaja, kemudian berkembang dengan pendidikan pembaharu untuk mengintegrasikan agama dan sains tanpa dikotomi.
Pada masa awal, Muhammadiyah memiliki jamaah yang sedikit dan minoritas, tetapi tetap terus melangkah dengan semangat dakwah tajdid yang kuat. Warga Muhammadiyah kultural adalah sebutan bagi jamaah, pengikut, atau simpatisan Muhammadiyah yang tidak terlibat dalam struktural organisasi, tetapi tetap memiliki keterikatan ideologis dengan Muhammadiyah.
Mereka bisa saja memiliki nomor baku Muhammadiyah atau tidak, berasal dari berbagai generasi, dan memilih nyaman dengan model dakwah Muhammadiyah. Ada yang pernah mengisi kepengurusan, ada yang tidak tertarik, dan ada pula yang lebih memilih prioritas di tempat lain.
Warga Muhammadiyah kultural memiliki karakter fleksibel dalam berorganisasi, tidak terikat pada struktur, serta memiliki suara yang berpengaruh dalam berbagai perkembangan sosial, baik di media sosial maupun di masyarakat nyata.
Banyak warga Muhammadiyah kultural yang tersebar di berbagai tempat, tetapi tidak selalu dikenali satu sama lain. Hal ini memungkinkan mereka untuk membaur dengan siapa saja tanpa terbebani identitas organisasi.
Mereka dapat bergerak bebas dan beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Sikap ini menjadi pilihan karena belum semua masyarakat dapat menerima perbedaan dengan bijaksana.
Banyak dari mereka yang memiliki pengalaman dalam Muhammadiyah, baik sebagai alumni AUM, mantan aktivis ortom, atau berasal dari lingkungan Muhammadiyah secara turun-temurun.
Bermuhammadiyah hari ini menjadi lebih mudah dengan mengikuti kajian, membaca literatur Muhammadiyah, serta aktif di media sosial dan program Muhammadiyah lainnya.
Meskipun tidak terikat secara struktural, warga Muhammadiyah kultural tetap menjadi bagian dari keluarga besar Muhammadiyah yang perlu dirangkul dan dirawat. Mereka memiliki andil dan kontribusi, meskipun kecil, dalam mendukung perjuangan Muhammadiyah.
Yang terpenting, mereka tetap memiliki kepedulian dan pembelaan terhadap Muhammadiyah dengan cara yang benar. Jika ada kritik terhadap Muhammadiyah, hendaknya disampaikan dengan adab dan akhlak yang berkemajuan, bukan dengan cara yang tidak bermoral.
Kritik yang membangun dapat menjadi vitamin untuk kebangkitan dan kemajuan, sementara kritik yang penuh fitnah dan caci maki hanya akan merugikan perjuangan dakwah.
Jadilah warga Muhammadiyah kultural yang turut serta membantu perjuangan Muhammadiyah, baik dalam persyarikatan, ortom, maupun AUM. Minimal, dukunglah dengan doa agar perjuangan ini tetap berjalan dengan baik.
Bagi yang belum pernah menjadi pimpinan, hendaknya bersiap untuk berkontribusi, dan bagi yang sudah pernah, tetaplah membantu tanpa menjatuhkan. Bagi yang merasa nyaman sebagai warga Muhammadiyah kultural, jagalah kehormatan Muhammadiyah di lingkungan masing-masing, sesuai dengan karakter dan ciri khasnya.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang berkemajuan, yang harus terus dijaga untuk umat, bangsa, dan negara. (*)