Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. KH. M Saad Ibrahim menghadiri acara silaturahmi akbar Keluarga Besar Muhammadiyah Cabang Cipondoh, Kota Tangerang, pada Ahad (13/4/2025).
Dalam forum yang hangat dan penuh kekeluargaan itu, Kiai Saad menyampaikan ceramah bertema “Ukhuwah Islamiyah” dan mengajak seluruh warga Muhammadiyah untuk merefleksikan kembali makna sejati persaudaraan dalam kehidupan beragama dan berbangsa.
Di awal ceramahnya, Kiai Saad menegaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan fitrah kepada kebaikan.
“Manusia diciptakan oleh Allah dengan potensi besar yang dibawa oleh ruh. Ruh ini menjadi sumber akal, hati, dan pikiran yang membimbing manusia menuju kebenaran,” ujarnya.
Namun, potensi tersebut, kata Kiai Saad, tidak akan berkembang optimal tanpa bimbingan dari makhluk-makhluk Allah lainnya.
Dia menyebutkan, “Ada malaikat Raqib dan Atid yang senantiasa mencatat amal baik dan buruk kita. Itu bagian dari sistem penjagaan Allah terhadap perjalanan hidup manusia.”
Lebih dari itu, manusia juga dilindungi oleh malaikat yang menjaga dari arah depan dan belakang. “Perlindungan ini berlaku terus-menerus, selama kita tetap menyambungkan diri dengan petunjuk Allah, baik yang berasal dari dalam diri kita maupun yang datang dari luar,” tambahnya.
Dalam konteks kehidupan sosial, Kiai Saad menggarisbawahi bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Ia membutuhkan sesama, dan dari sanalah lahir konsep ukhuwah.
“Persaudaraan yang sejati hanya bisa tumbuh dari hati yang sehat. Kalau hati kita rusak, maka sulit untuk menjalin ukhuwah yang tulus,” tegasnya.
Ia juga mencontohkan sosok Rasulullah SAW sebagai model tertinggi dalam menjalin persaudaraan. Mengutip Surat At-Taubah ayat 128, Kiai Saad berkata, “Rasulullah itu sangat peduli. Beliau merasa berat ketika umatnya menderita. Ini adalah bentuk empati luar biasa yang harus kita teladani.”
Kiai Saad kemudian menyinggung bagaimana nilai-nilai ukhuwah itu diwujudkan secara nyata oleh Muhammadiyah. Bukan sekadar retorika, tetapi melalui aksi-aksi konkret.
“Muhammadiyah hadir untuk menjadi solusi. Kita dirikan sekolah agar umat cerdas. Kita bangun rumah sakit supaya umat sehat. Itu semua adalah bentuk nyata dari ukhuwah,” jelasnya.
Yang menarik, kata Kiai Saad, semangat ukhuwah ini juga terasa dalam kiprah Muhammadiyah di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas non-Muslim.
“Lihat di NTT atau di Sorong, Universitas Muhammadiyah tetap menjadi tempat yang terbuka. Bahkan mayoritas mahasiswanya di sana non-Muslim. Ini bukti bahwa dakwah kita adalah dakwah kasih sayang, bukan dakwah permusuhan,” ucapnya.
Kiai Saad pun menekankan bahwa Muhammadiyah harus tetap menjadi perekat umat dan bangsa. “Kita tidak boleh terjebak dalam isu-isu yang memecah belah. Hubungan baik dengan non-Muslim bukan sekadar wacana, tapi kita buktikan lewat aksi nyata untuk NKRI,” ujarnya.
Di akhir ceramah, ia berpesan agar warga Muhammadiyah senantiasa menjaga keikhlasan dalam berorganisasi.
“Jangan merasa cukup hanya dengan membawa nama Muhammadiyah. Jangan pula menggunakan Muhammadiyah untuk kepentingan pribadi. Sebaliknya, mari kita kembangkan potensi diri kita untuk membesarkan Muhammadiyah dan menguatkan dakwah kasih sayang,” tandasnya.
Dengan pendekatan yang menyentuh hati, Kiai Saad mengajak warga Muhammadiyah untuk terus menebar cinta, menjaga persaudaraan, dan berkhidmat untuk umat dan bangsa.
Muhammadiyah, dalam pandangannya, bukan sekadar organisasi dakwah, melainkan rumah besar bagi siapa saja yang merindukan keadaban, kasih sayang, dan ukhuwah yang melintasi batas-batas identitas. (*/wh)