Muhasabah Kebangsaan: Menyucikan Negeri dari Korupsi

Muhasabah Kebangsaan: Menyucikan Negeri dari Korupsi

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

So far, the corrupt body is imprisoned, but their business and social life are running smoothly. There is something wrong with our legal system, especially the weight of punishment and deterrent effect.

(Selama ini raga koruptor terpenjara, tapi bisnis dan hidup sosialnya lancar jaya. Ada yang salah dalam sistem hukum kita, terutama bobot hukuman dan efek jera)

Fenomena pelanggaran terhadap perintah Allâh SWT kini sudah nampak sekali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita lihat bersama-sama melalui berita, Nampak nyata-nyata melakukan praktek- praktek yang melanggar perintah Allâh SWTyaitu korupsi, kata yang sangat familiar di telinga kita setiap hari.

Korupsi merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Korupsi bukan saja menyengsarakan pelaku korupsi, namun orang lain pun akan merasakan kesengsaraan juga.

Mereka mengambil hak warga negara untuk hidup sejahtera dengan memperkaya diri sendiri atau golongan mereka.

Mereka sudah melupakan bahwa mereka adalah orang yang diberi amanah oleh bangsa untuk mengelola negeri ini untuk menjadi adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Dengan melihat fenoma ini, muncul pertanyaan introspektif apakah masih pantas orang yang korupsi dan merugikan bangsa, kita percaya lagi untuk menjadi suri tauladan kita ?

Mungkin kita sudah bosan dengan janji-janji mereka saat kampanye. Oleh karena itu kita harus bersikap bijak dalam menentukan siapa yang kita titipi amanah untuk menjalankan pemerintahan negara kita.

Kita harus memilih pemimpin yang benar-benar bisa mempraktekkan apa yang mereka katakan. Allâh Swt berfirman:

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-shaaf : 3)

Tinggalkan korupsi mungkin sebuah kata yang mudah untuk diucapkan. Namun pada praktiknya hal ini sangat susah untuk dilakukan oleh manusia yang memiliki nafsu dan memiliki keinginan.

Ketika kebutuhan hidup semakin tinggi sementara pendapatan tidak mencukupi maka sering manusia menggunakan sifat syaitan untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut lewat jalan korupsi.

Bila kita berpegang teguh pada ajaran agama dan yakin bahwa setiap gerak kehidupan kita selalu di awasi Allâh Swt, maka tentunya kita dapat mengontrol perilaku mana yang baik mana yang buruk. Kita mulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar.

Marilah kita bersama menjauhi praktek-praktek korupsi supaya kita terhindar dari siksaan api neraka. Allâh SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. At-Tahrim : 6)

Dari ayat ini bisa kita ambil hikmah untuk selalu mengingatkan kepada keluarga kita, untuk menjauhi siksa api neraka dengan mendidik mereka untuk selalu ingat kepada Allâh SWT dengan menjauhi praktek-praktek kehidupan yang dilarang oleh Allâh SWT.

Karena segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini akan kita pertanggungjawaban besok di akhirat. Allâh SWT berfirman:

ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Qs. Yasiin : 65)

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *