*)Oleh: Furqan Mawardi
Muballigh Akar Rumput, Utusan Majelis Tabligh. PW Muhammadiyah Sulawesi Barat
Hari ketiga pelatihan instruktur mubaligh nasional di Pusdiklat Muhammadiyah, Yogyakarta, menjadi pengalaman yang penuh makna. Setiap detiknya dipenuhi dengan pembelajaran yang menggetarkan hati, menggugah semangat, dan memperkaya jiwa.
Pagi hari yang syahdu menyatu dengan ibadah, terutama saat kami, peserta pelatihan, melaksanakan salat tahajud berjamaah dengan khusyuk. Tidak hanya ketenangan hati yang kami rasakan, tetapi juga udara pagi yang sejuk semakin menambah kenikmatan ibadah tersebut. Suara imam yang merdu membawa kedamaian batin hingga detik-detik terakhir salat, membuat dunia luar seakan-akan lenyap.
Usai salat Subuh dan kultum, kami bersiap untuk agenda hari itu. Setiap peserta diminta mengganti kostum menjadi pakaian olahraga, siap mengikuti sesi outbound yang sangat dinanti. Outbound kali ini dipandu oleh Mas Ananto, yang dikenal dengan julukan “Ustadz Sampah”. Keahliannya mengelola sampah dan menjadikannya berguna di masjid menciptakan gerakan cinta lingkungan yang menular.
Dalam permainan outbound yang seru, kami diajak belajar bekerja sama, menjaga kekompakan tim, dan menghadapinya dengan ketenangan. Ketenangan menjadi kunci soliditas tim dan semangat dalam menjalani misi.
Hari terus berjalan dengan sesi materi yang semakin memperkaya wawasan kami. Ustaz Okrizal menyampaikan tentang fiqh ibadah dan pentingnya beramar ma’ruf nahi mungkar. Pembahasan mengenai tugas seorang mubaligh untuk menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran membuka hati banyak peserta untuk semakin memahami peran kami. Tugas kami bukan hanya menyampaikan ajaran agama, tetapi juga menyebarkan kebaikan dalam setiap aspek kehidupan.
Tak lama kemudian, kelas dilanjutkan dengan materi komunikasi efektif. Kami belajar tentang pentingnya ice breaking dan cara menjaga perhatian peserta agar tetap fokus. Bapak Yusuf Al Hasan, dengan gaya humoris dan keluwesan, menunjukkan kepada kami betapa pentingnya memperhatikan suasana kelas dan bagaimana seorang instruktur dapat memberikan energi positif. Kelas yang dipenuhi tawa dan lelucon menjadi lebih hidup, membuat kami lebih semangat untuk menyimak setiap materi.
Saat matahari mulai merunduk ke ufuk barat, materi sore dimulai. Kami diajak untuk merenung tentang kepribadian mubaligh yang sejati. Ustaz Ikhwan Ahada menyampaikan kisah inspiratif tentang almarhum Ki Haji AR Fachrudin, tokoh Muhammadiyah yang sederhana, bijaksana, dan penuh kasih sayang.
Beliau adalah sosok yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki dakwah yang sederhana namun efektif, yang menyentuh hati masyarakat dari berbagai kalangan. Kami mendengarkan kisahnya dengan penuh haru, terinspirasi oleh keteladanan beliau dalam setiap langkah kehidupan.
Baca juga: Pak AR Fachruddin dan Pencopet Tambaksari
Ki Haji AR Fachrudin adalah contoh nyata mubaligh yang tidak hanya mengandalkan ilmu, tetapi juga kearifan dalam berinteraksi dengan sesama. Kehidupan beliau mengajarkan bahwa dakwah yang tulus akan diterima oleh hati setiap orang tanpa memandang latar belakang. Kisah beliau yang disampaikan dengan penuh penghayatan oleh Ustadz Ikhwan membuat kami merasa seolah beliau hadir di tengah kami.
Hari ditutup dengan materi manajemen kelas oleh Bapak Irfan Islami, yang tak kalah mengesankan. Beliau mengajarkan kami untuk memperhatikan setiap peserta dengan penuh kasih sayang, tidak hanya memberi teori, tetapi juga pelajaran hidup yang berguna dalam menjalankan peran instruktur. Pengalaman panjang Bapak Irfan dalam dunia pelatihan mengajarkan kami betapa pentingnya menguasai forum dan membimbing peserta dengan bijaksana dan penuh inovasi.
Hari ketiga pelatihan ini luar biasa. Setiap sesi memberikan pelajaran penting tentang menjadi mubaligh yang tidak hanya mengandalkan ilmu, tetapi juga cinta kasih dan keteladanan. Kisah hidup Ki Haji AR Fachrudin dan semangat pembaruan yang beliau bawa mengingatkan kami bahwa dakwah sejati datang dari hati yang ikhlas, dan dakwah yang sukses adalah dakwah yang mengutamakan kebaikan untuk semua orang.
Semoga langkah-langkah kami setelah pelatihan ini terinspirasi oleh teladan beliau dan para tokoh Muhammadiyah yang penuh dedikasi. Pelatihan ini tidak hanya mengajarkan kami menjadi mubaligh yang handal, tetapi juga mubaligh yang mencintai masyarakat dengan sepenuh hati, menyebarkan kebaikan, dan menjaga bumi dengan penuh tanggung jawab.
Melangkahlah dengan penuh cinta, seperti yang diajarkan oleh Ki Haji AR Fachrudin. Semoga semangat itu selalu hidup dalam setiap diri kami, dan kami dapat membawa cahaya Islam dengan kasih dan kedamaian. (*)