Marilah kita senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanallahu Wata’ala.
Pengertian takwa itu sendiri adalah menjalankan segala perintah Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dan menjauhi segala apapun yang dilarang oleh-Nya baik dalam keadaan sunyi maupun terang- terangan, dalam wujud lahir maupun batin.
Perlu kita sadari bahwa tingkat ketaqwaan inilah yang akan menjadi penyelamat kita di dunia dan akhirat sebagaimana sabda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas RA :
“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat.”
Selain menguatkan ketakwaan kepada Allah, kita juga wajib untuk senantiasa bersyukur kepadaNya karena senantiasa terus mendapatkan kenikmatan yang tidak bisa kita hitung satu-persatu.
Walau kita, misalnya saat ini sedang menghadapi permasalahan dan cobaan besar dalam kehidupan kita, namun yakinlah, nikmat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala lebih besar dari masalah dan cobaan yang kita hadapi.
Dengan mensyukuri nikmat Allah juga akan mampu merubah kehidupan kita lebih baik di masa mendatang.
Karena Allah tidak akan merubah nasib atau keadaan kita sendiri kecuali diri kita yang memiliki tekad untuk merubahnya.
Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah Subhanallahu Wa Ta’ala tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”
(QS: Ar-Ra’du : 11)
Di antara kenikmatan yang harus kita syukuri saat ini adalah diberinya umur panjang oleh Allah Subhanallahu Wa Ta’ala sehingga kita masih bisa menikmati dan melewati bulan suci Ramadan.
Saat ini juga, kita diberi kesempatan untuk bisa berjumpa dengan bulan Syawal.
Bulan Syawal sendiri menjadi bulan yang spesial karena di bulan ini kita merayakan Idul Fitri. Sebuah hari bahagia bagi umat Islam seluruh dunia untuk merayakan kesuksesan dalam menjalankan perintah Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yakni berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadan.
Syawal memiliki arti meningkatkan.
Dengan definisi ini menjadi inspirasi bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah yang selama bulan Ramadan cenderung menguat dan meningkat.
Kita bisa melihat dan merasakan sendiri bagaimana semangat ibadah kita khususnya, dan umat Islam umumnya, di bulan Ramadhan lebih tinggi dibanding dengan bulan-bulan biasanya.
Masjid ramai dengan ibadah sholat berjamaah, sholat tarawih, tadarus Al-Qur’an dan berbagai ibadah lainnya baik siang maupun malam. Kuantitas ibadah lain juga meningkat di bulan Ramadhan seperti zakat, infak, dan sedekah di samping ibadah utama di bulan Ramadhan yakni berpuasa.
Tentu semua itu harus dipadukan dengan spirit bulan Syawal dalam bentuk peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah. Kita harus berusaha sekuat tenaga agar ‘suntikan’ semangat di bulan Ramadhan bisa ditingkatkan, minimal sama persis di bulan Syawal ini.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan semangat ibadah kita di bulan Syawal dan kedepannya dengan melakukan :
*Muhasabah, melakukan introspeksi diri terhadap perjalanan ibadah di bulan Ramadan.
*Muhasabah, hal ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri tentang :
– Apa yang telah kita lakukan di bulan Ramadan?
– Apakah kita sudah memiliki niat yang benar dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ?
-Apa yang menjadikan kita semangat beribadah di bulan Ramadan?
– Pernahkan kita melanggar kewajiban kewajiban di bulan Ramadan?
Dan tentunya pertanyaan-pertanyaan introspeksi lainnya untuk mengevaluasi ibadah kita selama ini.
Muhasabah ini sangat penting karena akan menjadi pijakan kita untuk melangkah selanjutnya di bulan Syawal.
Allah pun sudah mengingatkan kita untuk senantiasa melakukan evaluasi dengan melihat masa lalu kita sebagai modal untuk menghadapi masa depan.
Hal ini ditegaskan dalam surat Al-Hasyr : 18:
”Wahai orang-orang yang beriman ! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita melakukan Mujahadah, yakni bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk mempertahankan tren positif ibadah bulan Ramadan.
Di bulan Syawal ini, kita harus tancapkan tekad untuk terus melestarikan kebiasaan-kebiasaan positif selama Ramadhan. Perjuangan ini tentu akan banyak menghadapi tantangan, baik dari lingkungan sekitar kita maupun dari diri kita sendiri.
Oleh karenanya, kita harus memiliki tekad kuat dan benar agar hambatan dan tantangan yang bisa mengendurkan semangat ibadah kita bisa kita kalahkan.
Allah telah memberikan motivasi pada orang yang bersungguh-sungguh dalam berjuang sebagaimana firmanNya dalam surat Al-Ankabut ayat 69 :
“Dan orang-orang yang berjihad bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan- jalan Kami”.
Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” Setelah muhasabah dan mujahadah, selanjutnya kita bisa melakukan muraqabah kepada Allah.
Muraqabah adalah upaya kita mendekatkan diri kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Upaya kita untuk dekat dengan Allah ini akan memunculkan keyakinan di dalam hati bahwa kita selalu dilihat dan diawasi oleh Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Ketika Allah senantiasa mengawasi kita, maka akan muncul rasa takut untuk melakukan segala hal yang dilarang oleh Allah Subhanallahu Wa Ta’ala
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab meski engkau tidak melihatNya, Allah melihatmu.”
Semakin kuat tekad kita untuk bermuraqabah, maka secara otomatis akan menjadikan kita sadar bahwa kita sangat lemah dan miskin amal ibadah sehingga akan muncul kesadaran untuk terus melipatgandakan ibadah dan kebaikan kita sebagai wujud penghambaan kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Itulah beberapa upaya yang bisa kita lakukan agar di bulan Syawal ini kita masih bisa terus memaksimalkan kualitas dan kuantitas ibadah serta semangat dalam menjalankan perintah beribadah kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Insyaa Allah kita bisa melakukan Muhasabah Mujahadah dan Muraqabah sebagai evaluasi dan introspeksi sehingga hari ini akan lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini. Aamiin yaa rabbal alamiin. (*)