Puasa, Iman, dan Amanah: Renungan Ramadan KH Nadjih Ihsan di Masjid Al Badar

Puasa, Iman, dan Amanah: Renungan Ramadan KH Nadjih Ihsan di Masjid Al Badar

KH Nadjih Ihsan, mubaligh senior Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, menyampaikan tausiyah Ramadan di Masjid Al Badar, Jalan Kertomenanggal, Surabaya, pada Ahad (2/3/2025) malam.

Dalam ceramahnya yang bertajuk “Korelasi Puasa dengan Iman,” Kiai Nadjih (begitu dia karib disapa) menjelaskan bagaimana puasa dapat memperkuat keimanan seorang Muslim.

Kiai menekankan bahwa iman dalam Islam berlandaskan dua kalimat syahadat “Syahadat memiliki dua unsur utama, yaitu ‘nafi’ yang berarti meniadakan segala sesembahan selain Allah, serta ‘itsbat’ yang berarti menetapkan bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Tanpa pemahaman yang benar mengenai konsep ini, iman seseorang belum sempurna,” katanya.

Selain itu, Kiai Nadjih mengungkapkan bahwa keimanan kepada Rasulullah saw harus mencakup lima aspek penting.

“Meyakini beliau sebagai utusan Allah, membenarkan segala berita yang disampaikannya, menaati perintahnya, menjauhi larangannya, serta beribadah kepada Allah hanya dengan syariat yang diajarkan Nabi Muhammad saw.”

KH Nadjih Ihsan mengutip firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 183: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Menurut Kiai Nadjih, puasa adalah ibadah yang hanya dapat dilakukan oleh orang beriman, karena memerlukan keyakinan kepada yang gaib.

“Orang yang tidak beriman akan merasa berat menjalankan puasa, tetapi bagi orang beriman, puasa adalah sarana untuk meningkatkan ketakwaan.”

Kiai Nadjih juga mengaitkan iman dengan sifat amanah dan keamanan. Dalam bahasa Arab, terdapat tiga kata yang memiliki akar yang sama, yaitu iman (kepercayaan), amanah (dapat dipercaya), dan amn (keamanan).

“Ini menunjukkan bahwa orang yang beriman akan selalu berusaha menjadi pribadi yang amanah,” tandasnya.

Kiai Nadjih menambahkan, puasa melatih kita untuk menjadi pribadi yang amanah dan jujur.

“Meskipun tidak ada yang melihat, kita tetap tidak makan dan minum karena merasa diawasi oleh Allah. Ini adalah latihan spiritual yang sangat kuat agar kita menjadi manusia yang bertakwa dan berintegritas,” tutur dia.

Kiai Nadjih menutup tausiyahnya dengan menegaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga sarana untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

“Melalui puasa, seorang Muslim belajar untuk memperkuat keyakinan kepada Allah dan Rasul-Nya, berlatih menjadi pribadi yang jujur dan amanah, serta meningkatkan kualitas takwa agar hidup lebih baik di dunia dan akhirat,” jabarnya.

Beliau pun mengakhiri tausiyahnya dengan doa dan harapan. “Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan memperoleh derajat takwa yang tinggi di sisi Allah,” tutupnya. (wh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *