Puasa sebagai Sarana Memperkokoh Jiwa dan Membangun Peradaban

Puasa sebagai Sarana Memperkokoh Jiwa dan Membangun Peradaban

Dalam acara Pengajian Akbar sekaligus Pelantikan Kepala Sekolah se-Kabupaten Tegal, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH. Saad Ibrahim, menyampaikan pesan yang mendalam mengenai esensi puasa dalam Islam.

Acara yang berlangsung pada Sabtu (16/2/2025) ini, tidak hanya membahas hikmah puasa, tetapi juga mengaitkannya dengan perjalanan sejarah Islam dan manajemen sekolah Muhammadiyah.

Dalam ceramahnya, Kiai Saad menekankan bahwa puasa memiliki posisi strategis dalam perkembangan peradaban Islam.

Ia menguraikan bagaimana puasa tidak hanya berkaitan dengan aspek ibadah individual, tetapi juga memiliki dampak yang luas terhadap perjalanan umat Islam dari masa ke masa.

Salah satu contoh nyata dari peran penting puasa dalam sejarah Islam adalah keterkaitannya dengan hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah.

“Hijrah bukan hanya sekadar perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, tetapi lebih dari itu, hijrah adalah strategi besar dalam membangun peradaban yang lebih maju. Dua tahun setelah hijrah, umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa,” katanya.

“Pada tahun yang sama, Perang Badar terjadi, yang kemudian menjadi salah satu titik balik dalam sejarah Islam. Ini membuktikan bahwa puasa tidak boleh dianggap sebagai penghambat aktivitas, melainkan justru sebagai sumber kekuatan dalam perjuangan mencapai kemenangan,” imbuh Kiai Saad.

Lebih lanjut, Kiai  Saad menyoroti tujuan utama puasa dalam Islam, yaitu memperkokoh jiwa dan membentuk karakter yang lebih baik melalui proses penyucian diri atau yang dikenal dengan konsep tazkiyatun nafs.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak luput dari sifat negatif seperti hasad (dengki), iri hati, dan kebencian. Semua itu merupakan bentuk kotoran hati yang dapat menghalangi seseorang dalam mencapai ketakwaan.

Oleh karena itu, puasa hadir sebagai sarana untuk membersihkan hati dari sifat-sifat tercela dan semakin mendekatkan diri kepada Allah.

“Secara fisik, manusia memang mengalami penuaan, tetapi jiwa seharusnya tetap berkembang dan semakin matang dalam kebaikan. Yang perlu dikelola dengan baik adalah bagaimana kita bisa terus meningkatkan kualitas batiniah agar lebih dekat dengan Allah,” tambahnya.

Di samping itu, Kiai Saad juga membahas konsep kasrush syahwat atau pengendalian hawa nafsu. Ia mengingatkan bahwa sebagai bagian dari organisasi Muhammadiyah, seseorang tidak boleh menggunakan Muhammadiyah untuk kepentingan pribadi.

Sebaliknya, ia mengajak semua pihak untuk menjadikan dirinya sebagai alat dalam memperbesar dan memajukan Muhammadiyah guna kemaslahatan umat secara lebih luas.

“Jangan sampai Muhammadiyah hanya menjadi sarana untuk membangun kepentingan individu semata. Sebaliknya, jadikan diri kita sebagai bagian dari upaya untuk membesarkan dan memajukan Muhammadiyah agar manfaatnya dirasakan oleh banyak orang,” tegasnya.

Menutup ceramahnya, Kiai Saad mengingatkan bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah merupakan bagian dari amal usaha yang memiliki peran penting dalam dakwah Islam.

Oleh karena itu, para kepala sekolah yang baru dilantik diharapkan mampu mengelola sekolah dengan baik, memiliki visi jangka panjang, dan berorientasi pada kepentingan umat.

Acara pengajian ini diharapkan dapat memperkuat kesadaran kolektif mengenai peran strategis pendidikan dalam Muhammadiyah serta semakin meneguhkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan semangat berpuasa, umat Islam diharapkan semakin kuat dalam menghadapi tantangan zaman dan terus berkontribusi dalam membangun peradaban yang lebih baik. (ain/tim)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *